Ronald Koeman dan Filosofi Sepak Bola Belanda di Tanah Catalunya

SPANYOL, MEDIAEKSPRES.id – Barcelona menunjuk Ronald Koeman sebagai pelatih menggantikan Quique Setien. Hal ini setelah tim Catalunya itu gagal total di kompetisi Liga Champions maupun La Liga Spanyol.

Keputusan pihak klub untuk merekrut juru taktik asal Belanda tersebut, bukan lagi hal yang mengagetkan bagi publik. Sejak lama, Ronald Koeman memang sudah dikaitkan dengan El Barca.

Ronald pernah merasakan sensasi bermain bersama Barcelona pada medio 1990.

Ditilik dari sejarah, Barcelona dan Belanda punya hubungan dari jasa pemain maupun filosofi bermain.

Gaya permainan Tiki-taka yang selama ini diusung Barcelona memang diadopsi dari filosofi Total Football milik Timnas Belanda.

Tiki-taka merupakan gaya permainan yang mengutamakan umpan pendek, pergerakan dinamis, serta mempertahankan penguasaan bola.

Johan Cruyff adalah legenda asal Belanda yang sukses meninggalkan warisan filosofi tersebut kepada tim Barcelona.

Ronald Koeman

Tercatat, Ronald Koeman merupakan pelatih kelima asal Belanda yang menukangi tim Catalunya.

Berikut daftarnya:

1. Rinus Michels

Rinus Michels merupakan pelatih asal Belanda pertama yang tercatat menukangi Barcelona. Dia tercatat dua kali menjabat posisi tersebut, yaitu pada 1971-1975 dan 1976-1978.

Pada periode pertamanya, Michels sukses memberikan gelar juara La Liga, tepatnya pada 1973-1974. Dia dianggap sukses karena berhasil mengakhiri dominasi Real Madrid, rival abadi Barcelona, selama sembilan musim beruntun.

Yang membuat sukses itu sangat istimewa adalah karena dia berhasil membantai Real Madrid 5-0 di Stadion Santiago Bernabeu. Johan Cruyff, pemain asal Belanda yang diboyong Michels, menjadi aktor kesuksesan dalam drama tersebut.

Ya, Michels adalah pelatih yang berjasa membawa Johan Cruyff ke Barcelona. Dia merupakan pelatih yang merekrut Cruyff dari Ajax Amsterdam pada 1973.

Sayangnya, dia hanya sekali itu saja meraih gelar juara karena Madrid kembali berjaya hingga akhir era 70-an.

Periode kedua kepemimpinan Michels tak dianggap sukses karena hanya mempersembahkan satu gelar juara Copa del Rey.

2. Johan Cruyff

Selepas pensiun sebagai pesepakbola Cruyff mengikuti jejak Michels menjadi pelatih. Barcelona menarik mantan pemainnya itu setelah dia sukses membawa Ajax Amsterdam menjuarai Liga Champions 1995.

Saat Cruyff datang, kondisi Barcelona nyaris mirip seperti saat ini. Mendapat hasil buruk, permainan jelek, serta atmosfir dalam klub yang terkesan negatif.

Tak mudah bagi Cruyff melakukan perubahan. Dia setidaknya membutuhkan dua musim untuk membuat perubahan besar di Barcelona. Pemain muda seperti Pep Guardiola dia promosikan dari akademi klub.

Dia juga memboyong para pemain muda dari berbagai penjuru dunia seperti Ronald Koeman dari Ajax Amsterdam, Txiki Begiristain dari Real Sociedad hingga Michael Laudrup dari Juventus.

Cruyff pun menangguk sukses pada musim 1990-1991. Sama seperti Michels, dia sukses menghentikan dominasi Real Madrid selama lima musim beruntun. Cruyff lebih sukses karena dia berhasil mempertahankan dominasi Barcelona hingga 1993-1994.

Di kompetisi Eropa, Cruyff juga cukup sukses karena berhasil mempersembahkan satu gelar juara Piala Eropa (sekarang disebut Liga Champions) serta satu Piala Super Eropa.

Tak hanya trofi, Cruyff meninggalkan warisan berupa filosofi sepak bola tiki-taka di Barcelona. Dia memperkenalkan skema permainannya itu mulai dari level akademi hingga tim senior dengan tujuan agar semua pemain di level umur bisa meneruskan apa yang sudah dia lakukan.

Sayangnya era Cruyff berakhir setelah dokter melarangnya masuk ke lapangan hijau karena serangan jantung. Penyakit itu pula yang akhirnya membuat Cruyff akhirnya tak melatih tim mana pun setelah Barcelona.

3. Louis van Gaal

Sepeninggalan Cruyff, Barcelona ternyata tak berhasil meneruskan tradisi hebat sepak bola tiki-taka. Padahal saat itu, Charles Rexach – asisten Cruyff – dipromosikan untuk menjadi pelatih pertama tim senior.

Bobby Robson yang direkrut setelah sukses bersama Porto juga tak berhasil membawa Barcelona kembali berjaya di level domestik maupun Eropa.

Adalah pria asal Belanda bernama Louis van Gaal yang kemudian sukses mengembalikan kejayaan Barcelona.

Van Gaal sendiri masih memiliki garis kedekatan dengan Cruyff. Dia merupakan mantan rekan setim Cruyff kala masih bermain untuk Ajax Amsterdam. Sayangnya karir sepak bola Van Gaal tak secemerlang rekannya itu. Dia justru sempat dipinjamkan ke klub lain dan tak pernah benar-benar menjadi pemain inti Ajax Amsterdam.

Barcelona merekrut Van Gaal setelah dia sukses bersama Ajax Amsterdam. Puncaknya adalah ketika Ajax Amsterdam menjuarai Liga Champions pada 1995.

Masuk pada 1997, van Gaal memboyong sejumlah pemainnya di Ajax seperti Michael Reiziger, Patrick Kluivert dan si kembar De Boer, Frank dan Ronald.

Pada musim pertamanya, Van Gaal langsung mempersembahkan gelar juara La Liga dan mempertahankannya semusim berselang. Sayangnya dia terlibat konflik dengan bintang Barcelona, Rivaldo, yang akhirnya berujung pada kegagalan mereka meraih gelar juara musim berikutnya. Van Gaal pun hengkang pada Mei 2000.

Dia sempat kembali ke Stadion Camp Nou pada 2002-2003 dan langsung menjual Rivaldo ke AC Milan. Akan tetapi van Gaal gagal mengulang kesuksesan yang pernah dia berikan. Pada Januari 2003 dia dipecat setelah Barcelona justru menempati posisi ke-12 klasemen musim itu.

4. Frank Riijkard

Pada Juni 2003, Barcelona merekrut Frank Riijkard untuk menggantikan Radomir Antic yang menjadi pelatih sementara sepeninggalan van Gaal.

Riijkard juga bukan orang yang asing dengan filosofi tiki-taka. Dia merupakan mantan punggawa Ajax Amsterdam di era 80-an dan juga mantan anak asuh Cruyff di saat klub itu menjuarai Liga Champions pada 1995.

Pemilihan Riijkard tak lepas dari garis Cruyff dan tiki taka dan terbukti sukses. Dia merupakan orang yang mempromosikan Andres Iniesta hingga Lionel Messi dari akademi La Masia. Hanya saja, di era Riijkard, tak banyak pemain asal Belanda yang dia boyong ke Stadion Camp Nou.

Racikan Riijkard sukses membawa Barcelona meraih gelar juara LaLiga pada 2004-2005 dan musim berikutnya. Satu gelar juara Liga Champions pada 2005-2006 juga kembali membuktikan bahwa sukses Barcelona tak bisa lepas dari garis Belanda dan Johan Cruyff.

Hal itu setidaknya terbukti dengan era selanjutnya. Pelatih yang sukses bersama Barcelona harus memiliki kedekatan dengan salah satu dari kedua garis itu. Pep Guardiola memang bukan berasal dari Belanda, tetapi dia merupakan pemain yang dilahirkan dari tangan Cruyff.

Begitu juga dengan Luis Enrique. Sebagai pemain, dia pernah merasakan bagaimana kehebatan sepak bola ala Cruyff yang menghancurkan timnya, Real Madrid, sebelum akhirnya menyebrang ke Barcelona. Enrique juga merasakan filosofi sepak bola tiki taka dari tangan van Gaal yang merupakan rekan Cruyff.

Kini, dengan penunjukkan Ronald Koeman, Barcelona tampak ingin kembali ke resep awal mereka. Koeman jelas memiliki dua persyaratan penting untuk menjadi pelatih sukses di Barcelona. Dia berasal dari Belanda dan memiliki garis persentuhan dengan Johan Cruyff.

Reporter: Shermes

Editor     : Mediaekspres.id

Kata bijak “Setiap pemain kami menghormati setiap pemain dari dan tim mereka secara keseluruhan. Tapi begitu kita melewati garis putih, rasa hormat akan keluar dan kami akan berjuang untuk memenangkan permainan.”

David Beckham

Comment