Covid-19; Panggung Citra di Semesta +62

MEDIAEKSPRES.id – Beberapa minggu terakhir, foto-foto aksi kemanusiaan berseliweran di lini masa media sosial. Secara pribadi maupun organisasi, dengan gerakan seragam – membantu warga tidak mampu. Bencana kadang tiba-tiba menciptakan romansa insani yang menyentuh kalbu.

Kalangan artis, pejabat, politisi, pedagang hingga kelompok sosial, ramai-ramai ‘berburu’ target masyarakat terdampak Covid-19. Media dari segala media pun ikut memboomingkan kegiatan ‘suci’ ini.

Paling seru saat kelompok politisi bergerak (ini nuansa pilkada bro). Ada yang ke pasar tradisional membagikan masker, ada yang ke kampung-kampung berbagi sembako. Akar Rumput memang menjadi lahan garapan subur bagi kelompok tersebut.

Jagat Maya sontak dipenuhi komentar-komentar dari warganya. Bagi pendukung, jelas memuji kedermawanan si politisi. Tapi di kubu lawan, sorotan dirasa menjadi senjata paling ampuh.

Citra menjadi salah satu modal berharga bagi politisi di ranah perpolitikan. Citra buruk, potensi anda untuk menang kontestasi politik pasti kecil.

Sekira 3 jam yang lalu, saya dan Irwan (Pemred kece Mediaekspres.id) ngobrol soal ini. Babang Pemred sebenarnya agak pro kalau pejabat turun langsung bagi-bagi bantuan. Katanya sih, untuk memproklamirkan kerja-kerja mereka. Tapi, membuktikan bahwa pejabat bekerja, hanya dengan turun ke masyarakat agar dilihat langsung wajahnya yang kinclong, atau merasakan aroma wewangian yang mereka pakai, saya kira rada absurd.

Kamu wahai pejabat, dengan duduk manis di kantor saja, rakyatmu bisa kok rasakan kerja-kerjamu yang nyata. Caranya bagaimana? Ya dengan kebijakan strategis yang kamu keluarkan. Ingat ya! Kebijakan yang pro-rakyat. Bos tidak perlu panas-panasan di jalan, cukup mahasiswa saja.

Juga untuk Pakde yang bersemayam di Istana sana. Kenapa juga rakyat dibikin patah hati. Dijanji bantuan sosial – penundaan pembayaran kredit di Perbankan dan non-Perbankan — diumumkan dengan gagah pula — dan yang terjadi adalah nonsense. Ia, kayak balon warna-warni, indah tapi isinya kosong.

Pembagian bantuan sosial tidak merata. Masih ada Nenek Ambo di Sulawesi Barat dan mungkin banyak lagi masyarakat tumpur di berbagai wilayah Indonesia, yang tidak didaftar dalam penerima bantuan. Soal kredit, tukang ojek banyak mengeluh karena angsuran motornya masih jalan. Tidak mungkin kan yang disampaikan Mr. Presiden tempo hari, berlakunya di negara jiran.

Atau penyampaian waktu itu juga untuk membangun pencitraan, biar dibilang siap menghadapi segala sesuatu?

Sakitnya tuh di sini loh pak! Melebihi rasa sakit saat  Mas ‘Godfather of Broken Heart’ harus meninggalkan kami anak-anak muda galau, untuk selamanya.

Di kalangan Entertainer, ada artis sensasional Nikita Mirzani yang paling getol melakukan aksi kemanusiaan. Foto-fotonya saat bagi-bagi bantuan cukup banyak di media massa. Kalau seumpama tidak ada kamera yang nyorot, apa mbak Niki mau tetap konsisten dengan bagi-bagi sembakonya? Wallahu a’lam.

Dear kalian yang membantu hanya untuk keren-kerenan, sudah cukup bro! Rakyat jelata apalagi yang terdampak corona tidak pantas menjadi panggung obsesi pencitraan.

Seluruh agama pasti mengajarkan soal keikhlasan. Pertanggungjawaban atas perbuatan kita ke sesama, bukan dihadapkan ke sesama manusia juga, tapi kepada Sang Pencipta.

Tertindas

Rinduku mencarimu ibu

Jiwaku haus akan belaianmu

Mereka tak menghiraukanku

Hanya sekadar menggagahiku

 

Rinduku mencarimu ibu

Sukmaku hampa tanpamu

Mereka hanya mendatangiku

Untuk bersuka di penderitaanku

 

Rinduku mencarimu ibu

Derai tangis tanda piluku

Mereka mendatangiku kaku

Tak tahu lagi jalan hidupku

 

Penulis: Shermes

Comment