Maestro Rebana Perempuan dari Tanah Malunda

MEDIAEKSPRES.ID – Pukulan gendang rebana diatas jari jemari yang menua namun lentur nan lembut. Mengisahkan kembali di masa muda dengan karya kesenian tradisional yang monumental dalam sebuah media dakwah siar islam lewat kesenian tradisional namun men-dunia.

Rebana dalam bahasa Mandar Rawana,  sebuah alat musik tradisional terbuat dari kayu berbentuk lingkaran. Pada lingkaran itu, terdapat kulit binatang sesuai sisi dan menghasilkan bunyi yang khas.

Rebana hanya dimainkan oleh orang-orang mahir, mengiringi syair-syair pujian kepada Allah SWT,  do’a-do’a, shalawatan serta kisah Rasulullah Muhammad SAW. Saat dilantunkan bunyi rebana terdengar begitu indah dan mengalun syahdu. Keindahan lantunan syair dan iramanya menyapa dalam relung batin, romantisme cinta kerinduan menyapaNya, mendekatkan diri kepadaNya.

Di dusun Alle-Alle, desa Mekkatta Malunda Sulawesi Barat, terdapat seorang ibu — paruh baya — pandai memainkan Rebana, ia disebut pemain rebana perempuan atau dikenal dengan bahasa Mandar ‘Parrawana Towaine’.

Sudah lama sekali tak terdengar lagi, ia memukul rebana itu, sudah lama keberadaannya kian tergerus zaman. Selaku pemain seni tradisional saat ini kurang diminati, hiburan musik manca negara lebih condong pada musik kontenporer, dandut, pop, rock dan lainnya.

Namun rindu, Ingin rasanya selalu mendengar dan melihat irama syair-syair Rebana itu, jari jemarinya menari diatas benda yang terbuat dari kayu dan kulit binatang.

Terdiam di dalam kamar, tersentak terbangun dari tidur mendegar lantunan musik itu dimainkan setelah sekian lama oleh tubuh yang menua serta kulit mulai keriput.

Madania Pemain Rebana Perempuan

Madania namanya 56 tahun, ia memainkan rebana dengan khas, meski tak seindah saat ia di waktu muda, namun kehadiran pakulan rebana itu mengigatkan akan pentingnya musik tradisional yang islami untuk tetap lestari dan ber-regenarasi.

Ia ditinggal pergi suaminya sejak 32 tahun yang lalu. Ia membesarkan ketiga putranya–Munir (36 tahun) Hardi (34 tahun) dan Muhammad Ali (32 tahun) dengan penuh kasih sayang.

Ia memainkan rebana saat santai bersama anaknya Muhammad Ali dan Hardi — yang saat ini aktif di sanggar Seni Korumta.

Amma Cammana, sang Maestro Rebana di Mandar. Foto: Fambang syafaat

Madania adalah salah satu murid dari Amma Cammana sang maestro Rebana Perempuan (Parrawana Towaini) di tanah Mandar, Sulawesi Barat.

Amma Cammana dulu sering ke Malunda, dibawa oleh Almarhumah Sittiamar penyanyi — Group Rebana — adik dari Lembang, beliau dari Sosso, Kabupaten Polmas Polewali saat itu.

Beliau Amma Cammana melatih group Rebana yang beranggotakan sembilan orang, pada tahun 1977-1978 tepatnya, di Desa Lombong, Dusung Mekkatta–Samalio pada saat itu.

Amma Cammana juga dikenal selaku ibunda dari seniman kelas Internaional Emha Ainun Nadjib (Cak Nun) di tanah Mandar. Sudah tak terhitung para seniman berdatangan ke kediaman Amma Cammana — sekedar silaturrahim, berguru dan meminta nasehat-nasehat — di desa Limboro, Kecamatan Limboro Kabupaten Polewali Mandar.

Buah Jatuh Tak Jauh dari Pohonnya

Bakat Madania tertular kepada kedua putranya Hardi dan Muhammad Ali. Mereka berdua aktif membeserkan  sanggar seni Komunitas Rumah Kita (Korumta) binaan Bustan Basir Maras. Sedangkan anak pertamanya, Munir memilih bekerja selaku ketua BPD desa Mekkatta.

Sanggar Seni Komunitas Rumah Kita (Korumta) saat latihan persiapan tampil

Sanggar Seni Korumta sering tampil pada kegiatan-kegiatan besar keagamaan, seperti mengikuti vestifal teater musikalisasi puisi. Selain itu, mereka aktif menghibur masyarakat Malunda berupa kegiatan-kegiatan di desa, hajatan pernikahan dan kegiatan lainnya.

Penulis: Muh. Iksan Hidayah

Editor  : Mediaekspres.id

Comment