Kala Si Penjaga Penguasa Membunuh Suara Rakyat

“MAJU!”

Teriakan seorang bertubuh tambun, berseragam cokelat itu terdengar menggelegar. Dia mengacungkan tongkat komando. Sepasukan pun langsung merapat bersiap memangsa orang-orang di depannya.

MAMUJU, MEDIAEKSPRES.id – Senin pagi, 17 Agustus 2020 di kompleks BTN Axuri Mamuju – tepatnya Sekretariat IPM Polman, sejumlah aktivis tampak sibuk. Mereka mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan untuk aksi demonstrasi.

Sukiman, Sang Koordinator Aksi, terus memastikan segala sesuatunya siap. Di pikirannya hanya satu: kritik masyarakat soal dugaan kejahatan dalam pengelolaan Dana Alokasi Khusus (DAK) pendidikan, dapat didengar langsung oleh Gubernur Sulawesi Barat, Ali Baal Masdar.

Dan 17 Agustus merupakan momen tepat untuk menyampaikan masalah itu ke Gubernur Sulawesi Barat. Manifestasi dari sebuah kemerdekaan.

Malam sebelumnya, kelompok yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Pemerhati Pendidikan Sulawesi Barat (Ampera) ini sudah membahas teknis aksi di lapangan. Ampera menyepakati penyampaian aspirasi harus berjalan damai.

Senin dinihari, Sukiman menerima telepon dari salah satu anggota Intel Polresta Mamuju. Mereka ingin mengetahui soal latar belakang aksi tersebut.

Pertemuan antara Sukiman dan anggota intel polisi itu berlangsung di warkop Copy Paste, Mamuju. Ada tiga orang yang bertemu dengan Sukiman. Setelah mengetahui tujuan aksi untuk menyampaikan kritik langsung ke gubernur – si polisi berjanji akan menjaga jalannya aksi damai – dengan catatan massa tidak bertindak anarkis.

Angin sepoi merasuk hingga ke tulang-tulang. Sukiman terus memacu kendaraan dari warkop kembali ke sekretariat IPM.

Sorot matanya tajam, meski kelopaknya agak memerah. Lingkaran hitam terlihat jelas melingkar di sekitar mata eks Ketua PKC PMII Sulbar itu.

“Sudah berapa malam ini saya tidak tidur,” ucapnya sembari sumringah kepada wartawan saat itu.

Persoalan DAK pendidikan ini memang sangat menyita perhatian seluruh aktivis Ampera. Bagaimana tidak, proyek yang bertujuan untuk peningkatan mutu pendidikan di Provinsi Sulawesi Barat, justru digerayangi oleh tikus berdasi.

Begitu kondisi yang terjadi berdasarkan hasil penelusuran Ampera.

Semburat merah baru memperlihatkan keagungannya ketika sebuah kendaraan roda empat merapat ke sekret IPM. Kasat Intel Polresta Mamuju, AKP. Yulianus berkunjung. Dia datang dengan misi yang sama seperti ketiga anggotanya sebelumnya.

Kedatangan perwira polisi itu semakin melecut niat para aktivis Ampera – optimisme terbangun – beberapa jam lagi massa aksi akan bertemu dengan orangtua mereka untuk menyampaikan aspirasi – tanpa ada sekat.

Pagi yang cerah, aksesoris spesial HUT ke-75 RI bertebaran di sepanjang jalan. Pukul 08:47 Wita, upacara kemerdekaan telah selesai dilakukan di kantor Pemprov Sulawesi Barat. Beberapa pejabat pemerintah terlihat asyik berfoto ria. Sementara Gubernur Ali Baal Masdar sudah masuk ruang megahnya.

Sekitar pukul 09:30 Wita, orasi terdengar dari Bundaran Jalur Arteri Mamuju, tepat di depan kantor gubernur. Puluhan massa Ampera datang membangunkan penguasa dari tidurnya. Sayang, mereka telah dikelilingi pasukan penjaga – ada yang berseragam cokelat dan ada yang berbaju preman.

Apa boleh dikata, harapan tak sesuai keinginan. Aparat kepolisian – sang pengayom itu – justru menghalangi Ampera bertemu Sang Gubernur.

“Perlu diketahui bahwa kantor gubernur bukan kantor ABM, kenapa kami tidak bisa berkunjung ke kantor rakyat. Kenapa justru kami diperhadapkan dan terkesan diintimidasi oleh aparat kepolisian?” sebut orator aksi.

Polisi berkilah, massa aksi melanggar aturan tentang tata cara demonstrasi. Terutama soal titik aksi yang tidak sesuai dengan surat pemberitahuan dan larangan demo pada hari libur nasional.

Terjadi perdebatan, gesekan pun tak terelakkan.

Lima orang dari massa Ampera menjadi bulan-bulanan polisi. Mereka dikekang layaknya penjahat kelas kakap – lebih seperti aksi penangkapan teroris.

Gambaran buruk demokrasi di Indonesia yang usianya tepat 75 tahun.

“Jangan sekali-kali melawan penguasa, atau penjaganya akan menerkammu!”

Penulis: Shermes

Comment