ESAI: Alat Pemersatu Itu Rokok

MEDIAEKSPRES.id – “Merokok adalah ideologi.” Ini adalah salah satu petikan legendaris Bapak Revolusi Indonesia, Soekarno.

Rokok menjadi salah satu instrumen yang melekat pada diri Bung Karno. Tentu selain jas putih, peci hitam dan tongkat komando. Rokok jadi saksi di setiap misi besarnya kala bertemu pemimpin negara dunia. Gulungan tembakau tersebut adalah alat keakraban sang Proklamator dengan tokoh-tokoh ternama, macam Fidel Castro, Nikita Kruschev, Pandit Jawarhal Nehru hingga Mao Zedong.

Kisah di atas menegaskan bahwa rokok punya peran penting dalam setiap agenda diplomasi yang dilakukan Presiden Pertama Indonesia.

Masih banyak pahlawan nasional yang dalam perjuangannya ditemani oleh rokok, sebut saja Pangeran Diponegoro. Pada masa gerilya mengusir penjajah, Pangeran Diponegoro konon tidak tenang jika tak mengisap kretek. Bahkan ia sampai harus mengunyah daun siri jika kebetulan kehabisan stok rokok.

Ada juga kisah rokok dalam perjuangan Jenderal A.H. Nasution. Salah satu bawahan sang jenderal  bernama Pak Besar pernah menyelinap untuk membunuh salah satu prajurit penjajah yang sedang melakukan operasi. Alasannya karena ingin mengambil dua bungkus rokok yang ada di saku penjajah tersebut. Meski tergolong konyol, hasrat untuk mendapatkan rokok lebih kuat. Bagi mereka, merokok adalah kebutuhan, sama halnya makan.

Produk berbahan baku tembakau ini bisa dibilang menjadi ‘senjata’ kedua para pejuang dalam merebut kemerdekaan.

Dari sejarah benua Amerika, suku Indian di Amerika Utara dahulu menggunakan rokok sebagai teman ngobrol. Saat itu mereka mengisap rokok hanya ketika sedang berkumpul dan bercengkrama dengan masyarakat sekitar — atau dengan suku lainnya untuk mempererat persaudaraan.

Tak jauh berbeda dengan saat ini. Rokok menjadi menu favorit di kala bercengkrama dengan teman — tentu dengan pasangan sejatinya,  segelas kopi.

Pernah suatu waktu saya berkesempatan mewawancarai Wakil Bupati Mamuju, Irwan SP Pababari di ruang kerjanya. Anda tidak akan merasakan dinginnya AC di ruangan tersebut. Musababnya, wakil bupati merupakan perokok aktif.

Ya, Irwan Pababari memang dikenal sebagai pejabat yang supel nan cerdas. Wartawan perokok bakal tahan berlama-lama mewawancarai sang wakil. Tidak ada kekakuan, suasana mengalir akrab dengan kepulan asap rokok yang saling bersambut di udara.

Comment