MEDIAEKSPRES.id – Lirik lagu yang berjudul ‘Aisyah Istri Rasulullah’ dianggap sebuah penistaan karya sastra.
Hal itu disampaikan, sastrawan Mandar, Irwan Syamsir saat siaran di sebuah Boradcast Ridwan Mandar, anchor.fm yang dipandu langsung oleh Ridwan Alimuddin di Polewali Mandar, Kamis (02/04/20).
Menurut Irwan, lirik lagu tersebut seakan-akan dipaksakan. hanya menceritakan sesuatu yang sesungguhnya juga dimiliki perempuan lain, tak ada istimewanya.
Kata Irwan, ketika penulis lirik lagu ini, Aisyah dianggap sebagai tokoh dalam sejarah Islam, kenapa bukan kisah itu yang diangkat pada lirik lagu tersebut.
“Kalau menceritakan hanya dari kulitnya, dari luarnya kenapa bukan hal yang esensial secara sejarah. Ini penulisnya baca sejarah atau tidak. Jangan-jangan tidak baca sejarah tidak memahami apa yang ingin di tulis,” paparnya.
Lanjut Irwan, alumni Universitas Mula Warman jurusan sastra ini mencontohkan, lirik lagu “Sungguh manis oh sirah kasih cintamu. Bukan persis novel mula benci jadi rindu” dianggap penulis lirik lagu itu membandingkan dengan sosok kisah yang ada di dalam novel.
“Ini maslahnya karena di freming novel mula benci jadi rindu. Kenapa novel, kenapa bukan judulnya langsung. Dianggapnya semua novel begitu. Jadi ini penistaan terhadap karya sastra. Jadi dipaksakan sekali untuk di banding-bandingkan,” urai Irwan.
Lanjut dia, seharusnya, kata novel itu, diganti puisi atau kata lain yang tidak kontroversi.
“Sepertinya penulisnya hanya membaca satu novel. Dan tidak membaca banyak, dia hanya membaca novel tentang itu, mula benci jadi rindu,” jelasnya.
Irwan juga menilai lirik “Bila lelah Nabi baring di jilbabmu” adalah kosakata klise, yang sudah basi.
“Kita sudah sering mendengar kata-kata ini semua. Jadi saya keluar dilinguistik. Saya masuk di esensi, masuk di bait pertama “Mulia indah cantik berseri. Kulit putih bersih merah di pipimu”.
Baca juga, Prahara Lirik Lagu ‘Aisyah Istri Rasulullah’
“Kenapa penulis masih bermain-main di warna kulit, memangnya kenapa kalau Aisyah kulitnya putih. Apa istimewanya, berarti ada framing di kepala penulis bahwa kulit putih itu sesuatu yang cantik sesuatu yang luar biasa. Ini kalau dalam wacana pos kolonial ‘Rasis’. Ini terkesan rasis karena dia menganggap bahwa kulit putih lah yang hebat,” paparnya.
Reporter: Chandraqa
Editor : Mediaekspres.id
Comment