MEDIAEKSPRES.id – Lirik lagu yang berjudul ‘Aisyah Istri Rasulullah’ yang dinyanyikan sejumlah kalangan termasuk beberapa artis menuai kritikan termasuk salah satunya datang dari sastrawan asal Polewali Mandar (Polman), Sulbar.
Memang lagu ini, kian diminati terlebih bagi kalangan milenial, karena menceritakan kisah cinta Rasulullah Muhammad SAW dengan Aisyah RA putri Abu Bakar ash-Shiddiq, ditambah lagi musiknya yang enak didengar membuat lagu ini semakin diminati. Namun di balik itu, tentu terjadi pro dan kontra.
Salah satu sastrawan dari Sulawesi Barat, Irwan Syamsir mengkritik lirik lagu tersebut.
Ia menceritakan saat awal mendengar lagu itu, ia menyasar lirik lagu Aisyah Istri Rasulullah, lewat linguistik dan menganggapnya ‘jelek’.
“Saya perhatikan lirik-liriknya wah dan memang itu jelek. Nah kata jelek itu tidak bisa kita framing arti jelek paling konvensional. Kita melihat orang itu jelek, kita tidak bisa seperti itu.
Dalam tradisi kritik sastra, kata jelek itu semacam ekspresi seorang kritikus memaki dan sebagainya. Justru kata jelek itu, ada yang harus penulis benahi dari tulisannya itu,” kritik Irwan Syamsir saat diskusi di Boradcast Ridwan Mandar, anchor.fm dipandu langsung oleh Ridwan Alimuddin di Polewali Mandar Kamis, (02/04/20).
Lanjut Irwan menjelaskan, pada lirik bait ke enam baris pertama. “Sungguh sweet Nabi mencintaimu” adalah penepatan kata yang tanggung dan seakan-akan dipaksakan.
“Kenapa tiba-tiba ada kata sweet. Campur bahasa Inggris, sayangnya ini tanggung cuman satu kata. Komentar saya jangan-jangan ini dipaksakan supaya tidak menggangu struktur nada. Kenapa tidak diterjemahkan sweet itu jadi manis atau apa, itu secara konteks tidak nyambung sebetulnya,” ujarnya kepada host Ridwan Alimuddin di siaran radio anchor.fm.
Lanjut dia menjelaskan kritik pada bait ke enam baris ke dua “Hingga Nabi Minum di Bekas Bibirmu”. Dijelaskan kata “di” sebagai penanda ruang dan tempat.
Meski Irwan paham kalau yang dimaksud pada lirik lagu itu, adalah cangkir isi air bekas minum.
“Ini kalau kita pahami “di” itu fungsi di kalimat sebagai penanda ruang tempat. “Bekas bibirmu” apakah nabi minum di bekas bibir? Apakah bekas bibir sebagai wadah tempat minum?”.
“Jadi bisa saja bibir Aisyah itu tempat minumnya nabi, langsung dari mulutnya. Kan tidak logis gitu. Dan kemudian kenapa bekas bibir. Apakah Aisyah punya bibir yang lain?
Kalau kita ngomongin bekas bibir berarti Aisyah ini punya banyak bibir. Rasulullah hanya pilih bekas bibirnya yang di tempati minum. Itukan kacau. Berbeda kalau kita ngomong hingga nabi minum dari bekas bibirmu. Itukan agak nymbung. Saya tau dan paham sekali kalau dia ingin mengatakan itu cangkir isi air, bekas minum, bukan bekas bibir. Jadi itu keliru,” jelasnya.
Sementara, narasumber ke dua, pada diskusi itu, Sekretaris Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia Komisariat Sulawesi Barat, As’ad Sattari mengatakan, bahwa penulis lirik lagu Aisyah Istri Rasulullah, penulisnya ingin menggambarkan tentang kisah-kisah nabi bersama Aisyah.
Tetapi menurut dia, ruangnya tidak tepat. Seharusnya mengikuti keinginan sebuah karya sastra. Dibuat sebagai mana seharusnya di buat.
As’ad Sattari mengungkapkan, dirinya bersyukur karena ada yang mengkritisi lirik lagu tersebut, apa lagi yang mengkritisi telah mempelajari dasar-dasar pengetahuan tentang sastra.
“Kalau mau dikaitkan tentang bahasa-bahasa sastrawi tentang Rasulullah kan tidak harus begitu caranya. Tidak harus lari-lari, baring di jilbabnya. Kalau Barzanji menyajikan “Anta Syamsun Anta Badrun Anta Nurun fauqa Nurin”. Engkau itu cahaya diatas cahaya kan itu asik sekali penggunaan pemilihan katanya, dalam mengolah sebuah syair. Penulisnya ini cenderung dipaksakan tidak punya latar belakang sastra menurut saya,” ujarnya kepada Ridwan Alimuddin via telepon pada diskusi itu.
Baca juga, Deretan Artis Cover Lagu Aisyah Istri Rasulullah Trending di Youtube
Lanjut Dia menjelaskan, Kenapa kemudian lagu ini lebih trending, karena salah satu dari kelemahannya lagu itu sendiri. Lagu tersebut kata As’ad Sattari tidak akan sebuming sekarang seandainya syairnya tidak seperti itu.
“Inikan masyarakat kita sekarang konsumen istilahnya. Generasi-generasi sekarang mudah sekali baper, generasi-generasi baperan. Sehingga dengan membuat lagu seperti itu, pemilihan katanya orang, langsung mengikuti,” pungkasnya.
Reporter: Chandraqa
Editor : Mediaekspres.id
Comment