Kenapa Quran memakai pilihan kata “jalan lurus”?

Karena, jarak terdekat dari 2 titik itu selalu berupa garis lurus.

Ketika Quran memakai istilah “jalan lurus” untuk hubungan manusia menuju Tuhan, sebenarnya Quran juga membuka peluang ada jalan lain yang “lebih jauh” menuju Tuhan.

Islam itu agama yang mengakui adanya agama lain sebelum Islam. Yang mengakui ada nabi lain sebelum Nabi Muhammad. Yang meninggikan (memuliakan) semua utusan Tuhan sebelum Nabi Muhammad.

Tapi sayang muslim sendiri sering salah kaprah lalu menganggap semua agama para Nabi itu juga namanya Islam. Sedikit-sedikit mengklaim ajaran Nabi selain Nabi Muhammad sebagai ajaran Islam.

Semua Nabi itu diutus untuk umat mereka masing-masing dengan nama agama, latar belakang budaya, cara ibadah, semuanya berbeda-beda.

Saya meyakini semua agama besar itu agama samawi. Kristen, Yahudi, Buddha, Hindu, Konghucu, semua itu agama dibawa oleh “Utusan Tuhan”.

Namun, seiring berjalan waktu, hadirlah Nabi Muhammad sebagai penutup pintu kenabian. Nabi Muhammad itu tugas utamanya adalah meng-Esa-kan Tuhan atau yang biasa disebut tauhid. Agamanya disebut Islam.

Namun harus disadari bahwa Islam “membenarkan” semua agama sebelumnya. Membenarkan ini pengertiannya: iya semua agama sebelumnya (dengan segala namanya) juga dari Allah, namun versinya disempurnakan oleh Islam.

Menuju Tuhan, jalan tercepatnya adalah cara Islam karena jalannya lurus, tidak perlu belok-belok ke mana-mana dulu. Dan di versi terbaru ini, tak ada tuhan (lain) selain Allah.

Namun umat Islam sendiri kebanyakan juga tak memahami konsep ini. Mayoritas muslim beranggapan:

– semua ajaran Nabi yang disebut di Quran itu juga dianggap “bernama” Islam. Sampai-sampai ketika ada warisan Nabi lain diklaim milik Islam.

– semua Nabi yang disebut di Quran dianggap dari tanah arab semua. Padahal Nabi itu ada di mana-mana termasuk di Afrika yang pakaiannya beda dengan arab.

Islam adalah versi terbaru dari agama. Itu yang saya yakini. Meski harus disadari umat Islam sendiri banyak yang membuat Islam seperti ajaran yang tak bisa mengikuti zaman.

Islam harus banyak melakukan penafsiran baru menghadapi masa depan. Bukan malah membawa peradaban ke masa lalu.

Tunjukkan kepada kami jalan yang lurus, ya Allah…

( H. Makdoem Ibrahim, S. Th. I., MA )

Comment