Cara Polisi Mencintaimu

Kita berada di masa-masa penuh cobaan. Semua orang merasakan. Kaya, Miskin, Bos, Pegawai, Aparat, Rakyat, semua terkena dampak perubahan hidup dari Covid-19. Jadi yang susah bukan cuma kamu sendirian! Mengeluh tidak akan jadi jalan, banyak yang lebih sulit kondisinya dari yang kamu rasakan.

Sesulit-sulitnya hidup sekarang, dirumah kalian masih bisa merasa aman. Diluar sana ada orang-orang yang harus tetap dijalan. Berada di tengan zona merah, tidak bisa bekerja dari rumah. Orang-orang itu juga mau hidup seperti kalian. Yang kerja dari jaringan, bangun tidur bercelana pendek buka laptop, bakar rokok, ngopi, makan gorengan. Lihat layar, otak atik, hp kirim tugas, tidur lagi.

Manusia-manusia itu berseragam coklat, berlencana kewenangan. Karena lencana ini, justru mereka jadi tidak bisa santai dirumah, ada orang-orang yang harus dilindungi, saat yang lain aman di kediaman. Tugas mereka mengamankan, sudah jadi resiko saat disumpah pelantikan. Percayalah, jadi mereka itu ga enak, menindak benar tidak dipuji, berlaku salah direkam kamera, lalu viral.

Mereka Polisi, yang dimasa Pandemic Corona ini tidak bisa #StayHome. Supaya kamu bisa #StayHome. Mereka ada yang ditugas di Wisma Atlet, jadi dokter. Hadapi langsung makhluk kecil jahat tak terlihat, kapanpun ajal datang mereka harus siap. Sekali masuk sana mereka resmi jadi OPD. Berbulan tidak bertemu keluarga, mental harus dijaga. Anak bertanya bapaknya mana, hanya bisa bicara dari kamera. Rindu terasa tak bisa terbalas, kalau mereka gugur dalam tugas, keluarga tak menguburkan, tak sempat ucap salam perpisahan.

Ada yang ditugas di jalan, bapak-bapak Polantas. Bangun subuh langsung jaga standby di jalanan. Padahal disana paling banyak bahaya virus bersebaran. Ada juga yang ditugas bawa mobil huru hara. Bukan buat bubarkan masa, tapi semprot disenfektan rata, sepanjang jalan agar virus mati tak tersisa. Terimakasih, kalau harus bayar, mahal. Ketika banyak orang tega bisnis cari kaya, ambil kesempatan dalam bencana.

Sering kita lihat, mereka bubarkan kerumunan. Orang sedang enak makan di cafe, disuruh pulang. Ada yang sadar, banyak juga yang mengeluh, berbisik – bisik tidak suka. Orang-orang egois itu lupa, kalau mereka kena, manusia lain tidak bersalah bisa juga korbanya. Sudah kena virus, mati, menyusahkan orang pula. Akhirat tempatnya dimana? Wallahualam bishawab.

Mereka membubarkan kalian karena cinta. Supaya bisa tetap bertemu keluarga dalam kondisi hidup, sehat tanpa penyakit dirasa. Kalau boleh pilih, polisi-polisi itu mau juga ikut nongkrong, nyanyi-nyanyi pinggir jalan sama kalian. Hepi-hepi lepas penat setelah tugas panjang seharian. Kalau bisa mereka curhat. Kalender dirumahnya tidak pernah ada tanggal merah.

Yang nikahan, buat ramai-ramai, dipersilahkan selesaikan akadnya, lalu semua harus pulang kerumah. Polisi-polisi ini mengerti, hari itu masanya pengantin berbahagia. Karena cinta mereka terpaksa minta tunda resepsinya, agar kalian tidak kena Corona di Malam Pertama. Dibubarkanya pun baik-baik, pelan-pelan, dengan sopan, yang hajat dan tamu harus paham. Tidak mau paham, siap – siap tidur di tahanan.

Kita beruntung, tidak diperlakukan Pak Polisi seperti di India. Dipentung pake rotan, ketika keluar rumah. Bahkan kabarnya ada yang sampai meregang nyawa. Yang masih santai di tempat ramai, diajak bicara selayaknya manusia, yang ngeyel masih tetap diberi pengertian. Yang melawan akhirnya harus ditertibkan. Yang tidak sayang nyawa, mau mati, silahkan, tapi jangan ajak orang lain. Karena cinta, mereka mengingatkan kalian, agar tetap hidup tidak berakhir kematian.

Semua ini pada saatnya akan berakhir sudah. Seperti di Wuhan, kalian akan lagi bisa bebas turun ke jalan. Ketika waktu itu tiba, percayalah, kalian akan sadar, semua yang bapak baju coklat lakukan, adalah karena mereka mau kalian tiba di masa bahagia itu. Hari ini kita sama-sama bertahan. Agar bisa sampai di waktu itu, kita harus tetap hidup.

“Kami dijalan untuk kalian, Kalian di rumah untuk kami”, begitu Yang Pak Polisi Katakan.

Kala waktu itu tiba, ingin kami berdiri berjajar dipinggir jalan. menundukkan kepala pada kalian dan berkata,
“Terimakasih, karena cinta kalian, kami hidup dengan aman”.

Penulis : Sekretaris Eksekutif Indonesian Bureaucracy & Service Watch, Varhan Abdul Aziz.

Comment