RASIONALITAS DALAM BERAGAMA

Ada yang menganggap doktrin agama bukan subjek untuk diperdebatkan. Doktrin agama harus diimani atau dipercaya saja. Tidak boleh pakai logika. Tidak boleh pakai akal.

Pandangan ini, menurut saya, bertentangan dengan doktrin agama itu sendiri. Dalam al Qur’an, bertebaran penggalan ayat yang isinya justru mengajak untuk berpikir dan menggunakan akal. “Afala tatafakkaruun,” “afala ta’qiluun,” dan penggalan ayat semacam itu banyak sekali. Dalam al Zumar ayat 9, misalnya, secara eksplisit dikatakan “qul hal yastawilladziina ya’lamuuna wa al-ladziina laa ya’lamuun?” (Katakan, apakah sama antara orang yang berilmu dan yang tak berilmu?).

Pandangan bahwa beragama tidak boleh pakai nalar atau pandangan bahwa beragama hanya pakai iman saja jelas bertentangan dengan doktrin agama itu sendiri. Sejarah pemiran para teolog dan ilmuan Islam justru berupaya menjelaskan agama secara rasional.

Menurut ilmuan Islam yang mendorong pencerahan di Eropa, Ibn Rusyd, doktrin agama mestinya tidak boleh bertentangan dengan akal sehat. Kalau bertentangan, maka kemungkinan besar tafsir atau interpretasi pada doktrin itu yang perlu ditinjau kembali. Coba baca kembali dengan perpektif yang lebih baik.

Bukankan perintah pertama dalam al Qur’an adalah membaca? Mengingatkan kembali Ungkapan Ibn. Rusyd ” _Jika ingin menguasai Orang Bodoh. Bungkus lah sesuatu yang Bathil dengan Jubah Agama_ ”

Hotel Rabiya Al Hijaz 7, 21 Juni 2024

H. MAKDOEM IBRAHIM.

( Ketua Umum Lembaga Dakwah Darul As’ adiyah Kab. Mamuju )

Comment