MAMUJU, MEDIAEKSPRES.ID – Sekertaris Provinsi Sulawesi Barat (Sekprov Sulbar) Muhammad Idris meminta Kelompok Kerja (Pokja) Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) Sulbar kembali mengoptimalkan peran demi kemajuan demokrasi di Sulbar.
Hal tersebut disampaikan saat membuka Focus Group Discussion (FGD) IDI 2019, yang berlangsung di Hotel Maleo Town Square (Matos) Mamuju, Rabu (11/03/20).
“Pokja ini seharusnya bekerja dengan baik untuk aspek-aspek dari indikator yang dinilai masih sangat lemah. Kita perlu duduk bersama di dalam Pokja IDI tingkat provinsi, yang tugasnya antara lain memberikan dukungan terjadinya proses pengumpulan data dan dokumen di lapangan, serta memerankan fungsi quality control di dalamnya,” kata Idris.
Dikemukakan, terdapat enam indikator di Indonesia termasuk Sulbar yang dinilai masih lemah atau kritis dengan angka dibawah 60 poin, yaitu kebebasan berpendapat, keterwakilan perempuan di DPR, demonstrasi yang agak keras, inisiatif DPRD, rekomendasi DPRD dan informasi APBD.
Lebih lanjut dijelaskan, kebebasan berpendapat masih terkoreksi dengan nilai 49 poin, keterwakikan perempuan di DPRD nilainya kurang lebih 59 poin, demonstrasi yang agak keras nilainya 30 poin, inisiatif DPRD nilainya 40 poin, rekomendasi DPRD nilainya sekitar 20 poin dan informasi APBD nilainya 41, 42 poin.
“Enam aspek ini ada di Indonesia dan juga Sulbar yang perlu kita sikapi bersama, paling tidak kita bisa mendalami bagian-bagian yang belum terlihat atau mencari fundamental problem utama dari sejumlah indikator tersebut,”ucap Idris.
Idris berharap, melalui FGD tersebut pemahaman terhadap IDI menjadi kuat dan mendapatkan solusi terbaik untuk memajukan demokrasi di Indonesia khususnya di Sulbar, terlebih lagi dalam merancang program kedepan untuk dilakukan sebaik-baiknya melalui perencanaan sesuai yang diinginkan.
“Saya percaya hasil FGD IDI 2019 nantinya dapat memacu motivasi pemerintah provinsi dan kabupaten, untuk meningkatkan capaian demokrasi sesuai aspek, variabel dan indikator yang ditetapkan,”kata Idris.
Ia menambahkan, pemerintah telah menetapkan IDI sebagai salah satu terget sektoral yang hendak dicapai dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2019-2024. Hal itu menunjukkan tingginya komitmen pemerintah dalam membangun demokrasi sebagai salah satu prioritas pembangunan di bidang politik.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulbar, Win Rizal, menyampaikan, FGD tersebut dilaksanakan untuk menyempunakan data IDI 2019 yang dianggap masih bersifat kuantitatif dan belum sempurna.
“Kegiatan ini penting karena sebagai pelengkap dan penyempurna dari pelaksanaan pengumpulan data IDI yang dilakukan secara kuntitatif,” tutur Win Rizal.
Win Rizal mengungkapkan, pada tahun ini pihaknya telah berhasil mengumpulkan IDI 2019 melalui koding surat kabar, yaitu Radar Sulbar selama satu tahun dari Januari-Desember 2019 dan koding dokumen resmi seperti perda-perda dan dokumen lainnya.
“Penyusunan IDI ini adalah yang ke-11 kalinya. Kita ketahui kita telah berhasil menyusun IDI 2009-2018. Jadi untuk IDI 2019 kita bicarakan dan diskusikan tahun ini,” ungkap Win Rizal.
Ia berharap, dalam FGD tersebut semua peserta dapat berperan aktif, utamanya memberikan kritikan, masukan dan saran yang sifatnya memperbaiki dan menyempurnakan data IDI di Sulbar.
Perserta FGD IDI 2019, sebanyak 40 orang yang dibagi ke dalam dua hari, yakni masing-masing 20 orang pada hari pertama dan kedua. Adapun narasumber di hari pertama yakni Kepala Kesbangpol Sulbar Rahmat Sanusi. (Adv)
Comment