Sutinah, Sejarah dan Asa Mamuju

 

MAMUJU, MEDIAEKSPRES.id – 26 Februari 2021 merupakan salah satu hari bersejarah bagi Kabupaten Mamuju. Hari itu, Sutinah Suhardi dilantik sebagai bupati. Bukan hanya karena momen pelantikannya — lebih dari itu — Sutinah adalah bupati perempuan pertama di kabupaten berpenduduk 300.000-an jiwa ini.

Sejak Mamuju ditetapkan sebagai daerah tingkat II pada 1959 silam, kabupaten tersebut telah dipimpin 11 bupati definitif yang kesemuanya laki-laki.

Dimulai dari Andi Paccoba Amrullah (1960-1964), Abdul Madjid Pattaropura (1964-1965), Abdul Wahab Azasi (1965-1969), Hapati Hasan (1969-1974/1974-1979), Atik Soetedja (1979-1984), Musa Karim (1984-1989), Djuritno (1989-1994), Nurhadi Purnomo (1994-1999).

Almalik Pababari (1999-2004), Suhardi Duka (2005-2010/2010-2015) hingga Habsi Wahid (2016-2021).

Sutinah Suhardi merupakan anak sulung Bupati Mamuju ke-10, Suhardi Duka. Sutinah mulai dikenal saat menjabat sekretaris Dinas Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Mamuju, akhir tahun 2015 silam.

Pada September 2019, ia memutuskan mundur dari ASN untuk maju Pilkada 2020. Sutinah Suhardi menanggalkan status ASN-nya dan mencoba peruntungan di dunia politik pada usia 35 tahun.

Berpasangan dengan politisi PDIP, Ado Mas’ud, Sutinah berhasil menghempaskan pasangan petahana Habsi-Irwan dengan persentase kemenangan mencapai 53,34 persen.

Terlepas dari kebesaran nama seorang Suhardi Duka, Sutinah membuktikan bahwa status gender bukan menjadi penghalang untuk berbicara banyak dalam kontestasi sekelas Pilkada.

Namun begitu, Sutinah tak boleh hanyut dalam euforia berlebih. Pandemi Covid-19 dan dampak bencana gempa bumi masih menghantui masyarakat. Di sinilah kontestasi sebetulnya bagi Sutinah. Bagaimana memperbaiki stabilitas ekonomi, sosial dan politik Mamuju.

Asa ratusan ribu warga Mamuju sekarang ada di pundak perempuan yang pada 7 Maret 2021 akan berusia 37 tahun tersebut.

Penulis: Shermes

Comment