Semangat para pejuang dalam pertempuran Surabaya 1945 silam, semestinya menjadi pelecut dalam perjuangan saat ini.
MAMUJU, MEDIAEKSPRES.id – Tanggal 10 November 2020 kita kembali memperingati Hari Pahlawan, sebagai salah satu momen bersejarah bangsa Indonesia.
Namun ada yang berbeda dari peringatan Hari Pahlawan tahun-tahun sebelumnya. 2020 ini rakyat dihadapkan dengan masalah global, pandemi Covid-19.
Entah pandemi ini murni virus alam atau ada konspirasi di dalamnya, masalah ini jelas berimbas ke semua sendi-sendi kehidupan: ekonomi, sosial, politik dan budaya.
Untuk menghadapi problem kompleks tersebut, tanggung jawab sebagai “pahlawan” tidak bisa hanya dibebankan kepada pemerintah. Seluruh pihak harus terlibat dalam perjuangan.
Lantas, bagaimana harusnya bentuk perjuangan saat ini? Apakah kita juga bisa menjadi pahlawan?
Dewasa ini banyak jalur perjuangan yang bisa kita tempuh. Jelasnya, Anda bisa berkontribusi positif bagi negara lewat berbagai platform. Berjuang di bidang pendidikan, kesehatan, olahraga, juru tulis, kulih tinta, bahkan menjadi pejuang yang tak dianggap (bucin jangan baper).
Kesimpulannya kita bisa mencoba berjuang dimulai dari bidang atau profesi masing-masing.
Apalagi, Gubernur Sulawesi Barat, Ali Baal Masdar sangat jelas mengajak masyarakat agar menjadi pejuang dalam melawan Covid-19.
Tentu sang gubernur bukan bermaksud untuk mengubah seluruh masyarakat Sulawesi Barat menjadi tenaga kesehatan. Kita — yang bukan perawat — paling tidak tertib memberlakukan protokol kesehatan. Lebih dari itu, di awal tadi sudah jelas bahwa permasalahan kita saat ini bukan hanya tentang penyakit corona, namun sudah meliputi berbagai aspek.
Selamat Hari Pahlawan!!!
Redaksi
“Selama banteng-banteng Indonesia masih mempunyai darah merah yang dapat membikin secarik kain putih merah dan putih, maka selama itu tidak akan kita akan mau menyerah kepada siapapun juga.”
Salah satu kalimat pemantik semangat rakyat dari Bung Tomo saat pertempuran Surabaya 1945
Comment