Onde-Onde dan Sensasi Klepon yang Dicap Tak Islami

MAJENE, MEDIAEKSPRES.id – Beredar meme di media sosial terhadap salah satu jajanan tradisional Indonesia yang dianggap sebagai makanan yang tidak islami. Bahkan di beberapa media pemberitaan Indonesia kian menyorot isu yang berkembang secara bias itu.

Kue yang viral disebut sebut sebagai makanan yang tidak islami itu adalah kue Klepon, sedangkan kalau di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat kue ini dinamai Onde-onde dengan penamaan atau bahasa tradisionalnya.

Jajanan klepon atau onde-onde sudah tidak asing lagi di lidah orang Mandar (Sulawesi Barat). Menyebut onde-onde, orang pasti langsung tertuju pada sebuah makanan dengan bentuk yang berciri bulat dan kecil itu. Itulah makanan yang bernama klepon atau onde-onde yang didiskusikan secara liar di mediasosial baru-baru ini.

Melihat jajanan yang satu ini memang cukup unik, dari bentuknya yang bulat dan berukuran kecil disertai balutan kelapa yang sudah diparut memang tak kala sensasinya dengan tekstur kue-kue modern lainnya bahkan bicara rasa pun tak kala enaknya dibanding kue kue lainnya.

Mungkin dari segi itulah sehingga orang banyak membincang tentang onde-onde ini, dari keunikan keunikannya itu, atau dari cita rasanya yang memang khas yang tak kala nikmat dengan kue-kue lainnya, ataukah memang karena paktor lain, allahu alam.. yang jelasnya kue yang satu ini memang tak kala enak dengan jajanan keu lainnya bagi warga masyarakat Mandar Sulbar.

Bicara soal cita rasa kue onde-onde. Dalam adonan kue ini terdapat ciri khas yang yang tak terlupakan yaitu gula merah pada bagian tengah kue. Dan inilah yang membuat lidah bagi si pencicipi seakan ikut hanyut dalam nikmatnya pada saat gigitan pertama. Dan lebih mantapnya lagi jika onde-onde disantap dengan ditemani secangkir kopi.

Tak heran jika jajanan ini sangat diminati dan laris dipasaran seperti bulan puasa, jajanan ini cukup diburuh pembeli, bahkan tiap acara-acara sukuran lainnya bagi orang mandar kue ini pun tak luput menjadi makanan pelengkap. Itulah mengapa kue ini sangat disukai karena selain rasanya enak dan manis juga menggambarkan sosok orang mandar itu sendiri dengan tutur katanya yang baik, malaqbi dan manis-manis.

Cara membuat kue klepon atau onde-onde Mandar cukup ringkas dan bahan baku yang digunakan juga terbilang mudah didapat karena cukup dengan menyediakan beras ketan (bisa dengan ubi), gula merah dan parutan kelapa. Pertama beras ketan dicampur air hangat secukupnya, kemudian diaduk sampai berbentuk adonan, lalu dibentuk dengan model kepang dan kemudian diisi dengan gula merah yang sudah ditumbuk seperti dadu. Lalu dibulatkan dan direbus ke dalam air mendidih selama 10 menit sampai 15 menit. Ketika bulatannya sudah mengapung berarti onde-ondenya telah masak dan siap dilumuri parutan kelapa. Lebih nikmat jika menggunakan parutan kelapa muda.

Nah, itulah pakta dan cara membuat klepon atau onde-onde bagi orang mandar yang tak kala enak dengan kue modern lainnya.

Meski banyaknya tudingan miring terhadap kue ini (kue klepon tidak islami), sebagai orang Mandar kue ini tetap akan menjadi makanan kesukaan saya, kalau dibilang tidak islami saya rasa itu tidak benar karena bahan baku yang digunakan dalam kue ini sejak dulu sudah di komsumsi dan menjadi pelengkap makanan orang tua terdahulu. Jika memang makanan ini tidak layak komsumsi, seperti yang dianjurkan agama menyebut makanan ada yang layak makan dan ada yang tidak (halal-haram) maka saya katakan makanan ini sangat layak dimakan.

Entah apa motif dibalik issu yang berkembang tentang Klepon atau Onde onde ini, yang jelas makanan ini menjadi salah satu jajanan tradisional Mandar yang tak kan punah sepanjang peradaban saman.

Konon..
Dari cerita orang tua kita dahulu mengatakan pernah suatu masa, bangsa luar geleng geleng kepala mengakui kehebatan pembuatan kue ini karena menurutnya, bagiamana bisa kue dibuat seperti ini terdapat gula merah didalamnya sedangkan tidak ada lubang untuk ditempati masuknya kedalam adonan.

Mengenai kebenaran carita tersebut benar dan tidaknya tidak ada yang bisa pastikan, yang jelas cerita seperti itu kerap kita dapatkan di kampung kampung, apakah karena memang kue tersebut lantaran enaknya sehinggga ada bahasa seperti itu, ataukah sekedar peng analogian dari nikmat onde onde. Allahu alam.

Penulis: Jumain

Comment