Corona Berulah, Abdillah Meradang

MEDIAEKSPRES.id – Abdillah namanya, seorang pemuda asal Sulawesi Barat (Sulbar) dengan ciri fisik, kulit putih, tinggi dan berambut panjang. Sebutan aktifis, yah ala mahasiswa tingkat keritisannya melampaui sebayanya.

Tentu dengan berambut panjang ada stigma negatif, katakanlah preman “berambut panjang identik dengan preman“ berambut panjang pula identik dengan seniman, juga aktifis tentunya.

Abdillah berambut panjang yang memiliki ketiganya, preman, seniman dan aktifis, entahlah, belum terlalu jauh mengenal sosok pemuda yang satu ini.

Namun penulis ketahui, Dia aktifis dan sering demo menantang kebijakan pemerintah, baik provinsi maupun kabupaten. Dasar pria kelahiran Tampa Padang Kalukku 1990 ini bergerak, tentu berangkat dari niat yang tulus.

Seniman juga “Iya”, sebab dia aktif di komunitas sanggar seni, namun tak pandai bernyayi, hanya tari dan akting dalam dunia teater pernah dilakoni.

Perjalanan sosok Abdillah telah melewati onak dan duri. Dari Sabang hingga Marauke telah ia tempuh untuk belajar, baik itu kemauannya sendiri, rekomendasi organisasi, kampus, hingga utusan perwakilan Pemerintah Daerah (Pemda).

Kelebihan yang dimiliki tentu diapresiasi berbagai kalangan, karena niatnya mendorong kemajuan tanah kelahirannya. Termasuk turut memperjuangkan kesejahteraan masyarakat yang terkena dampak relokasi pembangunan Bandara Tampa Padang beberapa waktu yang lalu.

Kali ini, melihat  perkembangan virus Corona (Covid-19), gagasannya yang pro kepada masyarakat kembali dipamerkan. Alasannya, ditengah wabah Covid-19, Abdillah mengaku gelisah melihat masyarakat disekitarnya merasa ketakutan. Bahkan, di matanya terlihat bermacam persoalan dihadapi masyarakat.

Atas dasar itulah, Abdilah dengan gigihnya bergerak mendorong pemerintah untuk melakukan upaya pencegahan virus Corona. Terlihat beberapa kali ia melakukan gerakan. Seperti membuat pernyataan tegas di media, turun aksi dijalan, menemui pemerintah, baik kabupten maupun provinsi.

Melalui Media Ekspres, Abdillah mengakui telah mengusulkan kepada pemerintah, baik kabupaten maupun provinsi untuk memperketat pengawasan di pintu keluar masuk di Sulbar. Sekaligus mendata warga yang masuk di daerah Sulbar.

Selain itu, Dia juga meminta kepada pemerintah untuk menyediakan rumah karantina bagi warga yang dari luar, agar tidak langsung berinteraksi dengan keluarganya. Terkhusus bagi warga yang dari wilayah zona merah. Alasannya sesuai hasil penelitian dari berbagai ahli virus terkait masa inkubasi Covid-19. Kata Abdillah, sebagian besar hasil penelitian mengungkap masa inkubasi Covid-19 1-14 hari atau rata-rata sekitar 5 hari.

“Artinya, orang terpapar virus gejalanya tidak langsung terlihat. Butuh beberapa hari baru orang tersebut menimbulkan gejala penyakit,” jelasnya saat wawancara eksklusif.

Abdillah berfikiran, dengan begitu, penyebaran virus Corona dari satu ke yang lain dapat ditangani dengan efektif serta efisien. Dibanding melakukan penyemprotan disinfektan dijalan secara berlebihan dan bahkan tidak sesuai rekomendasi WHO.

Lanjut Abdillah menyampaikan pernyataan Kepala Jaringan Wabah dan Tanggap Darurat WHO, Dale Fisher. Katanya, daripada menyemprot jalanan dengan disinfektan yang mengandung Kloring, lebih baik menggalakkan kegiatan cuci tangan dengan sabun.

“Fisher bahkan menganggap langkah penyemprotan jalanan dengan disinfektan bisa berisiko merugikan kesehatan masyarakat, membuang waktu, dan menghamburkan sumber daya,” ungkapnya.

Terlepas dari pernyataan Fisher, Abdillah juga menyampaikan pernyataan seorang peneliti dari Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit China, Zhang Liubo. Menurutnya, Liubo mewanti-wanti agar tidak kelewat kerajingan main semprot disinfektan, soalnya cairan disinfektan bisa berbahaya bagi manusia bila kelewat banyak masuk ke tubuh. Bahkan penyemprotan disinfektan dalam area yang luas dan terus-menerus bisa bikin polusi lingkungan dan harus dihindari.

Untuk mendukung tuntannya, Abdillah menyertakan studi kasus penanganan pencegahan Covid-19 yang dilakukan Vietnan dan telah mendapat pujian karena mampu menekan rendah jumlah kasus Covid-19, meskipun negara itu berbatasan langsung dengan China – Pusat awal pandemi berasal.

Kata Abdilah, penerapan karantina melalui fasilitas pemerintah secara paksa selama 14 hari, bagi warga Sulbar dari luar maupun pendatang yang diduga membawa virus Corona adalah langkah yang tepat, seperti yang dilakukan Vietnan.

Namun sayang, hingga Kamis kemarin (09/04/20) Abdilah mengakui belum sepenuhnya tuntutanya dipenuhi oleh pemerintah, baru sebatas dipertimbangan.

“Tadi kami di fasilitasi oleh pihak Polresta Mamuju untuk berkomunikasi melalui video converence dengan Pemerintah Provinsi, tapi usulan kami masih dipertimbangkan,” kata Abdillah.

Tidak sampai disitu, Abdillah bertekad untuk tidak berhenti mendorong pemerintah bekerja ekstra melakukan pencegahan dan memutus mata rantai Covid-19. Sambil memberikan gagasan baru yang dianggap efektif untuk menangani Covid-19.

“Hanya inilah yang bisa kami lakukan. Kami juga sebenarnya di ajak bergabung di Tim Gugus..Tapi tidak jelas apa yang harus saya lakukan. Lebih baik, biarlah saya bergerak diluar mendorong pemerintah sampai keadaan pulih dari Covid-19,” pungkasnya.

Reporter: Irwan

Editor : Mediaekspres.id

Comment