Selama betahun-tahun pemerintah Republik Rakyat China berupaya mengendalikan warga negaranya, khususnya anak-anak, dari kecanduan bermain ‘game online’. Pemerintah mengklaim cara ini berhasil dan mendorong generasi muda di China menjadi lebih produktif untuk hidup sehat, kuat dan cerdas.
Pada tahun 2019, durasi waktu untuk anak-anak bermain game online adalah 90 menit per hari pada hari kerja. Dan melarang anak-anak bermain game online pada pukul 22.00 hingga 08.00. Sementara untuk hari libur, diberikan waktu 3 jam saja dengan pelarangan yg sama pada pukul 22.00 hingga 08.00.
Pada tahun 2021, durasi waktunya diperketat. Dikurangi lagi. Anak-anak hanya bisa bermain game online selama 60 menit saja per hari pada hari kerja, akhir pekan mapun hari libur. Flat hanya 1 jam saja per harinya.
Aturan ini berlaku juga untuk penyedia atau platform game online-nya. Apabila ada provider game online yg mengijinkan atau membuka akses platformnya bagi anak-anak di luar durasi yg ditetapkan, maka provider ini akan dikenai sanksi pemutusan layanan minimal selama 8 bulan sebagai teguran dan pemutusan permanen jika melakukan pengulangan pelanggaran. Mereka juga diancam hukuman pidana denda dan penjara. Bukan saja tentang durasi waktu, aturan pembatasan juga dikenakan pada fitur pembayaran serta konten game sesuai usia pengguna. Bahkan untuk game online yg populer, pembuatan akun harus menggunakan nama sesuai dengan identitas dan ‘scan’ wajah setiap kali anak-anak akan mengakses platform game online tersebut.
Dengan aturan ketat ini, menurut China Game Industry Group Committee, permasalahan kecanduan game online ini telah ‘selesai’. Artinya, diperlukan waktu ‘singkat’ saja China mengatasi warga negaranya, khususnya anak-anak, kecanduan game online. Masih menurut China Game Industry Group Commitee, sebanyak 75% anak-anak di China hanya bermain game online di bawah durasi 1 jam yg dibolehkan.
Menurut data dari Niko Partners pada bulan September 2023 lalu, bahwa jumlah ‘gamers muda’ di China berkurang menjadi 82,6 juta orang yg sebelumnya mencapai 122 juta orang.
Apa dampaknya kepada negara atas pembatasan anak-anak dalam bermain game online ini? Tinggal kita lihat saja bagaimana China sekarang dan bedakan dengan negara yg malah di sekolah atau di institusi pendidikannya dipromosikan bahkan digelar pertandingan game online.
Lalu kenapa banyak game asal industri China kemudian masuk dan massive di negara-negara di luar China seakan menembus batas aturan mereka sendiri di sana? Sebagaimana TikTok yg bebas dan Douyin (TikTok-nya China) yg ‘berbeda’, saya kira kita sudah bisa menjawabnya.
Oleh : Makdoem Ibrahim ( Ketua Umum Lembaga Dakwah Darul As’adiyah Prov. Sulawesi Barat )
Comment