Seorang Pendeta Cidera Patah Tulang, Tertimpa Ban Truck Pengangkut Batu-Bara di Bonehau

Mamuju,- Kendaraan Mobil Truck Milik PT. Bonehau Prima Cool (BPC) masih terus melakukan aktifitas pengangkutan batu-bara menggunakan jalan umum. Batu bara yang diangkut itu, menggunung. Letaknya di Desa Tamalea Kecamatan Bonehau, diangkut menggunakan truck dan di bawa ke Pelabuhan Bakengkeng dan selanjutnya di ekspor keluar negeri.

Namun ironis, ditengah sibuk menjalankan bisnis batu-bara, armada pengangut batu bara itu tidak memperhatikan SOP keselamatan kerja, baik kualitas armada maupun beban angkutan. Sehingga menyebabkan kecelakaan yang mengorbankan seorang pendeta pengendara sepeda motor, di dusun Para’dan desa Buttuada, Kecamatan Bonehau.

“Ia betul pak atas nama korban Pendeta Buntu Layu, dia berboncengan dengan adekku menuju Tasiu. Saat dijalan dijatui Ban serep mobil Truck Holing BPC. Sekitar jam 1 siang tadi,” ujar keluarga korban Inisial A, saat dikonfirmasi pada Selasa, 27 Agustus 2024.

Lanjut dia mengatakan, saat adiknya menunggu mobil angkutan menuju Mamuju, karena tak ada mobil, Pendeta Butu Layu menawarkan jasa untuk mengantarkan menuju Tasiu.

“Nanti di Tasiu baru adekku itu naik mobil ke Mamuju. Karena lama menunggu mobil tidak ada, pak pendeta kasian melihat adekku lama menunggu mobil. Jadi dia antar sampai ke Tasiu,” ujarnya

“Saat ditengah jalan, mobil truck itu kencang. Kemungkinan bannya tidak diikat, kenapa bisa jatuh. Bannya itu di taro diantara kabin pengemudi dan tongkangnya mobil. Karena tidak diikat ban tersebut jatuh. Lewatlah ini pak pendeta berboncengan dengan adekku, kena tangannya bagian kanan itu ban,” cerita dia

Baca Juga : Diduga Gaji tak Layak, Aktivis Bonehau Desak Disnaker Turun Evaluasi BPC

Baca Juga : Warga Blokir Jalan Hentikan aktivitas Pemuatan Batu Bara PT. Bonehau Prima Coal

Kecelakaan tersebut mengakibatkan Pendeta Buntu Layu dibawa ke RSUD Mamuju untuk mendapat perawatan.

“Setelah  di rotgen tangannya, hasilnya, tangan bapak pendeta tersebut patah,” jelasnya.

Gabriel Pemuda asal Bonehau membenarkan kejadian tersebut. Menurut dia, kejadian tersebut bukan pertama kali terjadi. Armada pengangut Batu Bara itu, meresahkan warga.

Selain itu, perusahaan juga tidak memperhatikan perbaikan jalan. Masih banyak jalan yang tidak ter aspal dan masyarakat mengeluhkan debu ketika armada pengangut batu bara itu lewat.

“PT Bonehau Prima Cool sudah sangat meresahkan masyarakat Bonehau. Ini bukan pertama kali terjadi, mobil Truck BPC mengangkut batu bara itu sudah sering terjadi yang mengakibatkan pengendera mengalami kecelakaan,” ujar pemuda Bonehau Gabriel, di Mamuju, Selasa, 27 Agustus 2024.

Lanjut dia mengatakan, seharusnya pihak Pemerintah Provinsi Sulbar dan Pemerintah Kabupaten Mamuju, turun langsung mencari solusi tentang hadirnya perusahaan BPC di Bonehau yang meresahkan warga, terkhusus para pengendara.

Lanjut Gabriel mengatakan, bahwa perusahan tersebut telah menggunakan jalan umum, untuk aktivitas tambang dan melakukan pengangkutan batu bara.

Saat dikonfirmasi, Direktur PT. Bonehau Prima Cool belum memberikan jawaban terkait kecelakaan tersebut. Hingga berita ini dirilis, tim mediaekspres.id masih berupaya mengkonfirmasi pihak perusahaan.

Sekedar diketahui, Puluhan ribu ton Batu bara saat ini berada di lokasi Pelabuhan Bakengkeng jalur dua desa Belang-belang Kecamatan Kalukku, Kabupaten Mamuju, tidak terangkut. Diduga perusahan pengelola batu bara itu, dari pihak Bonehau Prima Cold (BPC) tidak memiliki izin penjualan.

Tambang Batu bara juga menggunung di lokasi tambang batu bara desa Tammalea, Kecamatan Bonehau Kabupaten Mamuju. Armada yang mengangkut batu bara itu, menggunakan jalan umum trans Sulawesi.

Pada bulan Desember 2023, PT. Bonehau Prima Coal (BPC) telah berhasil melakukan eksport perdana batu bara ke negara Thailand sebanyak 36 ribu ton.

Hal itu dikatakan oleh manajer Appraiser PBC, H. M. Suaib Renjong. Ia mengakui bahwa  PT. Bonehau Prima Coal telah melakukan ekspor batu bara sebanyak 36 ribu ton ke Thailand.

Ia menargetkan 45 ribu ton penjualannya dalam jangka per tiga bulan. Namun yang terealisasi hanya 36 ribu ton.

Harga per ton batu bara mencapai kurang lebih Rp. 2.000.000 jika BPC berhasil melakukan penjualan sebanyak 36 ribu ton, maka harga jual batu-bara BPC mencapai 72 Milyar rupiah. (*)

Penulis : Muhammad Iksan 

Editor : mediaekspres.id

Comment