64 Tahun PMII : Tantangan & Harapan

Oleh : Muhammad Radit Tasming Saputra (Ketua Umum PC. PMII Mamuju)

Pergerakan mahasiswa Islam Indonesia (PMII) genap berusia 64 tahun pada 17 April 2024 .Organisasi kemahasiswaan yang ber ideologikan ahlulsunnah waljamaah ini, didirikan pada 17 april 1960 di Surabaya.

Hasrat kuat mahasiswa Nahdlatul Ulama (NU) kala itu–dan hari ini–telah bertranformasi menjadi salah satu organisasi kemahasiswaan yang punya andil dan pengaruh besar di Indonesia.

Kali ini kita tidak akan membahas histori lengkap PMII,  namum tantangan dan harapan PMII untuk masa depan.

Pergerakan mahasiswa Islam Indonesia dalam menjawab kebutuhan dan tantangan, selalu dinamis, tergantung konteks dan permasalahan yang di hadapi. Namun kebutuhan zaman kadang berubah dengan cepat, tergantung situasi yang hadapi pada zaman itu. Disitulah PMII ditantang cekatan dalam hal menengapi hal hal seperti itu.

 

1. Penguatan kesadaran Ideologi  

Latar belakang warga PMII secara antropologis, mereka hidup dan besar dalam budaya masyarakat agraris (indegenues) dan secara sosiologis, mayoritas berasal dari pedesaan dan perkembangan yang tersebar diseluruh Indonesia dengan ragam suku dan etnis. Serta sebagian besar juga tumbuh dalam suasana tradisi santri dengan semangat tradisionallisme yang tinggi.

ini menguatkan bahwa, PMII mempunyai basis perekrutan kaderisasi yang selalu di isi mahasiswa yang ekonominya menengah ke bawah, seperti anak petani, buruh, nelayan hingga kelompok masyarakat pedesaan dan kelompok agamais tradisional.

PMII dengan modal Sosio-geografisnya seharusnya dalam pengembangan idelogi bukan hal yang sulit. Namun masih saja ada problem tentang penguatan ideologi ahalulsunnah wal jamaah. Contoh dibeberapa kasus daerah yang di luar pulau Jawa dan Sumatra, itu masih menghadapi problem seperti geografis dan penyebarannya.

PMII seharusnya berfungsi sebagai salah satu lokomotif penyebar ajaran Ahlu Sunnah Wal-Jama’ah yang bergerak di area perguruan tinggi maupun lingkungan masyarakat.

Peran yang besar ini tentu harus didukung dengan strategi yang baik.

PMII untuk menanamkan nilai-nilai keaswajaan terutama kepada para anggota baru yang masih awan terhadap nilai-nilai keaswajaan tersebut.

Upaya-upaya yang dilakukan oleh PMII dalam menanamkan nilai-nilai keaswajaan kepada para anggota, diantaranya adalah dengan melakukan diskusi kelompok, kajian-kajian keislaman, penguatan literasi, serta penerbitan tulisan-tulisan terkait keaswajaan.

Distribusi penguatan ideologi harus dimulai dari kader dan anggota terlebih dahulu, karena saat ketika kembali ke lingkungan atau tempat tinggal mereka, dapat menebar nilai-nilai yang ada di PMII terutama ideologi ahlul Sunnah wal jama’ah.

 

2. Distribusi pemetaan ruang strategis 

PMII selalu melahirkan kader dan anggota terbaiknya di setiap masanya. Namun masih banyak di luar sana,  lepasan PMII yang bingung mau kemana dan harus bagaimana setelah tidak aktif lagi di PMII sebagai pengurus maupun anggota.

Dengan sumber daya manusia PMII yang begitu banyak, ini tentunya akan menjadi masalah yang serius jika di biarkan saja.

Mengapa demikian, masih ada saja lepasan PMII yang kesulitan dalam merebut ruang-ruang strategis pasca PMII. Apakah ruang yang sempit atau peluang yang kecil ?

Jawabannya tentuh saja tidak.

Ini terjadi biasanya karena lepasan PMII, selalu berada dan nyaman di ruang yang sama. Makanya terlihat sempit dan peluangnya kecil.

Seharusnya kita mencari dan menggalih potensi di tempat yang baru atau bahkan belum tersentuh sama sekali oleh lepasan PMII lainya.

Ini menjadi kelemahan jika kita selalu saja menumpuk dan mengantri di tempat yang sama.

Tuntutan yang harus dipenuhi ialah, anggota dan kader PMII harus memiliki soft skil dan relasi yang baik di bidang yang ditekuni, atau berani mengambil tantangan di lingkungan yang baru.

Hal itu menjadi modal yang baik bagi anggota dan kader PMII setelah tidak aktif lagi sebagai Anggota dan kader di pengurusan.

 

3. Moderenisasi & Bonus Demografi

PMII saat ini harus tanggap menghadapi era digital saat ini. Di era generasi milenial ini, PMII menghadapi tantangan yang disebut era revolusi industri 4.0 bahkan 5.0 civil Society.

PMII harus mampu mengembangkan kapasitas diri dan organisasi dalam menghadapi perubahan zaman. PMII sebagai ruang pengembangan kapasitas, kreativitas dan inovasi, harus mampu menjawab perkembangan yang saat ini berjalan. Tentu, ini harus sejalan dengan role model kaderisasi di PMII. Sehingga kader PMII ke depan, tidak gagap dalam menyikapi ekonomi digital dan moderenisasi Global.

PMII sesuai gerak organisasi, harus dinamis dalam menggapai zaman dan kemajuan. pengembangan sumber daya manusia, kemampuan membaca, menganalisa, dan membuat konklusi berpikir berdasarkan data (realitas) serta informasi (big data) sebagai modal untuk memperkuat kapasitas kader.

Bonus Demografi juga tantangan yang dihadapi warga PMII kedepan, kader PMII perlu trasformasi sosial dan secara menyeluruh, merupakan salah satu alternative sekaligus faktor kemplemeter bagi terjadinya perubahan sosial budaya.

Di era Bonus demografi ini, kesempatan emas bagi warga negara Indonesia untuk mengembangkan kemapuannya. Karena di masa – masa saat ini, Indonesia sedang masuk ditahapan mendewasaan dimana rata — rata warganya berusia produktif.

Kader PMII sebagai kaum intelektual, harus memberikan inovasi dan gagasan baru untuk perpartsipasi dalam membangun bangsa. Karena tonggak generasi bangsa ini, berada di tangan mahasiswa saat ini. Selain itu,  dalam melakukan penyelesaian dalam tugas advokasi, kader PMII sebagai kaum intelktual, menggunakan pendekatan anti kekerasan. Dengan metode tersebut, yang besentuhan langsung pada wilayah manusia yang paling sacral. Karena sebagai aktualisasi visi yang dikembangkan PMII, pedekatan model anti kekerasan adalah salah satu pilihan alternative dalam konteks penghargaan atas Hak Asasi Manusia (HAM).

Harapannya, diusia PMII yang 64 tahun ini, ibarat manusia bukan usia yang muda lagi. PMII kedepanya selalu di isi oleh orang-orang yang amanah dan tulus berPMII dalam mengurus organisasi dan ummat, bangsa serta agama. Nilai-nilai, ideologi, paradigma, kaderisasi, serta citra diri PMII yang paling utama harus di jaga.

Penguatan nilai nilai PMII, Nilai Dasar Pergerakan (NDP), paradigma, serta penyebaran dan penguatan ideologi harus menjadi tugas utama ber-PMII.

Saya Mengutip sedikit perkataan senior saat Masa Penerimaan Anggota Baru (MAPABA).

“PMII adalah tempatnya berkumpulnya kaum kaum miskin, anak petani, anak nelayan dan ekonomi menengah kebawah. Sulit sekali kalian temui, bahkan tidak ada seperti anak pejabat masuk PMII, anak DPR menjadi PMII, atau anak pengusaha kaya masuk PMII. Tapi di PMII melahirkan pemimpin-pemimpin hebat semua yang saya sebut tadi karena PMII sekolah pemimpin & tempat merubah nasib,”.

Walahul muafiq ilaa Aqwamitthoriq wasalamuaikum warahmatullahi wabarakatu.

Jaya terus pergerakan ku 

Salam pergerakan

 

Comment