Goa Rinding Batu Pongkapadang Jejak Peradan

Wisata alam sering menjadi suguhan bahan perbincangan yang paling sexy untuk di diskusikan. Selalu menjadi magnet yang kuat dalam menarik hingga mengobati rasa penat dan penasaran ketika telah berkunjung. Ketakjupan pesona alam hingga banyak diantara wisatawan untuk memilih tinggal berlama-lama dan candu untuk tetap kembali berkunjung.

Di bagian pegunungan di Kabupaten Mamuju tersimpan salah satu objek wisata yang kaya akan nilai.
Objek wisata tersebut bernama Wisata Goa Rinding Batu atau biasa juga disebut sebagai Goa Belanda. Gua ini belum banyak diketahui oleh sebagian besar masyarakat diluar dari daerah Kabupaten Mamuju, dikarenakan Tempat wisata ini dihalangi oleh pohon-pohon dan juga semak belukar yang sangat lebat.

Tempat Wisata Goa Rinding Batu ini terletak di Desa Bonehau, Kecamatan Bonehau, Kabupaten Mamuju Sulawesi Barat.

Jaraknya dari Kota Mamuju kurang lebih sekitar 90 Km dengan waktu tempuh rata-rata 3 jam. Sementara jarak antara Goa Rinding Batu ke Kecamatan Kalumpang ini berjarak sekitar 32 Km.

Gua Rinding Batu

Gua ini dinamai sebagai Gua Rinding Batu dikarenakan nama tersebut diambil dari sebuah nama Kepala Adat (Tobara’) yang bernama Rinding Batu Pongkapadang.
Selama hidupnya beliau bertugas memimpin dan menjaga kekayaan yang ada didalam kampung.

Pada Tahun 1926 Rinding Batu Pongkapadang di baptis oleh Misionaris Belanda, lalu ketika beliau telah selesai melalui proses keagamaan tersebut, beliau langsung menjadi orang yang pertama kali memeluk agama di jazirah Kalumpang Raya.

Setelah dari Tamalea Bonehau, Misionaris Belanda melanjutkan perjalanannya menuju kampung Kalumpang Danggali serta Malolo.

Makam Rinding Batu Pongkapadang dapat kita temui di salah satu dusun di Desa Tamalea. Makam tersebut juga menjadi situs sejarah yang dinobatkan oleh Lembaga Pelestarian Cagar Budaya Dunia atau nama yang lebih populernya ialah bernama UNESCO.

 

Adam Jauri saat berpose di Goa Rinding Batu Poangkapadang

Pesona Goa Rinding Batu

Gua Rinding Batu memiliki ciri dan nilai tersendiri jika dibandingkan dengan beberapa tempat wisata lainnya. Gua ini, memiliki keunikan karena punya dua pintu masuk, serta memiliki tiga lantai. memiliki diameter ruangan yang cukup luas serta panjangnya sampai 2 Km.

Gua ini tidak hanya menyuguhkan keindahannya saja, namun tempat tersebut memiliki nilai sejarah dan budaya. Sebab menurut masyarakat setempat, Gua ini dulunya pernah menjadi tempat pertahanan serta tempat tinggal para tentara kolonial Belanda.

Menurut Firman selaku masyarakat sekitar di Bonehau; “Dapat ditemukan senjata dan peralatan peralatan dapur yang sudah berubah menjadi batu (fosil) di Gua Rinding Batu ini”. Senjata dan Peralatan dapur yang kini menjadi batu dicurigai karena material Gua mengandung bahan kapur.

Tidak mengherankan pabila Gua Rinding Batu menyimpan nilai-nilai sejarah dan peradaban budaya. Karena sebagian besar di daratan Bonehau-Kalumpang tersebar situs-situs sejarah dan prasejerah. Seperti yang dikemukakan oleh Budianto Hakim selaku Arkeolog yang didalam eksavasi penelitiannya mengatakan bahwa di Kecamatan Bonehau dan Kalumpang adalah titik awal peradaban manusia yang berasal dari Ras Mongoloid, penutur Austronesia.

Wisata alam sering menjadi suguhan bahan perbincangan yang paling sexy untuk di diskusikan. Selalu menjadi magnet yang kuat dalam menarik hingga mengobati rasa penat dan penasaran ketika telah berkunjung hingga banyak diantara wisatawan untuk memilih tinggal berlama-lama dan candu untuk tetap kembali berkunjung.

Penulis : Adam Jauri

 Baca:Ekspedisi Alam Raya, Jejak Peradaban Sampaga

Comment