MAMUJU, MEDIAEKSPRES.id – Pembagunan Bendungan Budong-budong — Kabupaten Mamuju Tengah (Mateng) tak lama lagi akan terlaksana.
Mega proyek yang dianggarakan senilai 1,34 triliun rupiah itu, bersumber dari APBN Kementerian Perumahan Rakyat dan dilaksanakan oleh Balai Sungai Wilayah Tiga Palu.
Tentu sebuah kabar baik bagi warga Mamuju Tengah. Betapa tidak, mega proyek raksasa itu dananya cukup fantastis.
Yah sudah pasti masyarakat berharap agar pembagunan bendungan itu tidak mangkrak, alias berhenti. Seperti bendungan dibeberapa tempat di Sulawesi Barat.
Selain itu, dana 1,34 triliun, jangan di korupsi. Serta status tanah warga dapat dibebaskan dan dibayarkan agar tidak terjadi konflik horizontal.
“Karena adanya pertemuan ini, tentu menjawab pertanyaan masyarakat Salule’bo tentang status tanah warga. Alhamdulillah Pemrov Sulbar dengan Balai Sungai Wilayah Tiga Palu akan melakukan pengukuran ulang untuk memperjelas status tanah warga,” ujar Kepala Desa (Kades) Salule’bo, Galuh Prihandini, saat mengikuti Sosialisasi pembahasan pembagunan bendungan Budong-Budong di lantai dua kantor gubernur Sulbar, Selasa kemarin (11/08/2020).
Lanjut dia, selain soal status tanah warga, ibu dua anak itu berharap kepada pemerintah, pembagunan bendungan tersebut mempertimbangkan dampak lingkungan, kemudian melihat yang mana masuk dalam area kawasan hutan lindung — hutan produksi.
Karena menurut Kepala Desa ini, Desa Salule’bo itu bukan hutan lindung tapi Hutan Produksi Terbatas (HPT).
Lanjut mantan komisioner KPU Kabupaten Mamuju tengah ini berharap, agar pembebasan tanah warganya, maupun warga yang direlokasi nantinya, agar dapat berpihak pada masyarakat. Mengutamakan segala kepentingan masyarakat.
Selain itu, masyarakat Salule’bo juga agar dapat bersabar sebab pemerintah sedang berupaya akan melakukan pengukuran dan penghitungan ulang.
“Saya berharap kepada pemerintah Sulbar maupun pemerintah pusat dalam hal ini kementerian PU dan pelaksana proyek Balai Sungai Wliayah Tiga Palu, agar berpihak kepada masyarakat. Tidak ada yang dirugikan. Apa lagi masyarakat saya itu sangat mensupport adanya pembagunan bendungan ini,” jelasnya.
Reporter : Iksan
Editor : Mediaekspres.id
Kata bijak: “Jadilah biji kopi, ketika masalah datang, ia tidak lembek atau keras, tapi ia bisa berpikir jernih, menghasilkan harum dan rasa yang nikmat, membawa kebaikan bukan untuk dirinya sendiri, tetapi lingkungan di sekitarnya.”
Rina Suryakusuma
Comment