Sebanyak 342 antigen diketahui milik 35 sistem golongan darah, di mana Rhesus adalah yang terbesar, dengan jumlah antigen sebanyak 61. Banyak manusia yang kehilangan salah satu antigen ini.
Misalnya, sekitar 15 persen orang Kaukasia kehilangan antigen D yang merupakan Rh paling signifikan, sehingga menjadikan mereka RhD negatif. Sebaliknya golongan darah Rh negatif sangat jarang pada masyarakat Asia, hanya sekitar 0,3 persen dari jumlah penduduknya. Tetapi bagaimana jika manusia kehilangan semua antigennya?
Hingga 50 tahun yang lalu, para dokter meyakini bahwa embrio yang tidak memiliki 61 Rh tak bisa bertahan hidup dalam rahim, apalagi berkembang menjadi manusia dewasa yang normal dan sehat. Tetapi, pada tahun 1961, seorang wanita dari suku aborigin di Australia didentifikasikan memiliki darah Rh-null, yang berarti dia tidak memiliki semua antigen dalam sistem darah Rh. Dan sejak itu, cuma ada 43 orang di dunia yang didentifikasi dengan darah Rh-null.
Darah Rh-null disebut ‘darah emas’ karena beberapa alasan. Pertama, karena kurangnya antigen Rh, sehingga golongan darah ini bisa diterima oleh siapa saja dengan golongan darah langka dalam sistem darah Rh. Potensi menyelamatkan nyawa dengan golongan darah ini sangat besar dan meskipun sampel darah yang disumbangkan di bank darah dianonimkan, para ilmuwan bisa melacak pendonor Rh-null, sehingga bisa minta mereka secara langsung untuk menyumbangkan lebih banyak darahnya.
Namun karena kelangkaannya, darah emas hanya diberikan untuk kasus-kasus paling ekstrem atau darurat. Di sisi lain, darah emas juga memiliki nilai ilmiah sangat besar karena bisa membantu para peneliti mengungkap misteri peran fisiologis dari sistem Rh yang sangat kompleks.
Darah Rh-null dapat diberikan kepada siapa saja dengan golongan darah Rh negatif. Itu kenapa para ilmuwan sering menganalogikannya seperti emas.
Comment