Kisah Sang Kakek, Anggota Banser Tahun 1960-an di Majene Melawan PKI

Sang kakek bercerita tentang dirinya yang dulu sebagai anggota Banser, hingga saat ini,  sangat bangga. Prinsip yang ia pegang teguh, yaitu. “Walaupun langit runtuh kami akan tetap teguh pendirian dijalan Tuhan YME dan membela agama Allah meskipun hingga titik darah penghabisan,” cerita prinsip kakek Idris kepada kami, di rumahnya.

Meski pegal melanda tak terasa, menyimak kisah dari sang kakek serta nama-nama anggotanya — termasuk ketua GP Ansor saat itu, Taufik namanya — di Banser saat dulu, mata kami melotot, serta sesekali seduhan kopi buatan sang nenek menambah sensasi kebahagian kami.

Dalam ceritanya. Sang kakek Taufiq, adalah ketua GP Ansor di Majene setelah bapak Sakaria, rumahnya, tak jauh dari rumah kakek Muhammad Idris, masih berada di lingkungan Kampung.

Penasaran dengan hal itu, kamipun pamit kepada kakek, Idris. untuk menuju kediaman yang juga Ketua GP Ansor pada waktu itu, yang bernama Taufik.

Kakek Muhammad Idris, bersama Istrinya.

Hanya hitungan menit dengan menggunakan kendaraan sepeda motor, akhirnya kamipun tiba di kediaman kakek Taufik.

Dengan senyum bahagia beliau menyambut kami. “dari mana nak?”.

“Kami dari Ansor dan Banser Majene pak,” serentak kami menjawab pertanyaan sang kakek dengan tujuan bersilaturahim kepadanya.

Menyebut GP Ansor, beliau begitu senang dengan kedatangan kami. Ia bercerita tentang kegaiatan-kegiatan sewaktu Ansor di tahun enam puluhan di Majene.  Tugas-tugas mulia  dilakukannya pada waktu itu perintah dari pimpinan GP Ansor di Ujung Pandang — Makassar saat ini — Sulawesi Selatan.

Comment