Syarli tak sendiri, ia bersama salah seorang sahabat Ansor, Salding Matto namanya. mereka berdua turut membantu dalam pencarian alamat kakek tua yang merupakan peletak pertama sejarah GP Ansor Banser di Kabupaten Majene pada tahun 1960-an lalu.
Dua hingga tiga rumah yang kami singgahi untuk menanyakan alamat rumah sang kakek. Hingga rumah terakhir, kami merasa senang sebab rumah yang kami tuju adalah rumah sang kakek.
“Walaikum Salam,” terdengar jawab salam kami, dari dalam rumah, suara perempuan usia senja, menduga dia adalah istri sang kakek. Sang nenek ini menatap bagaikan orang asing kepada kami bertiga. Yah mungkin khawatir terima tamu, maklum musim pandemi Covid-19.
“Kami anak-anak anggota Ansor Banser Majene nek,” jawab Syahil. Mendengar itu, sang nenek dengan lantang mengajak kami masuk dan mempersilahkan duduk.
Tak lama kemudian, seorang pria dengan usia yang sudah senja pula, menggunakan kaos oblong warna hijau, muncul dari tirai pintu masuk ruang tamu rumah ini. Sosok sang abdi negeri nampak dari raut wajah yang mengeriput itu. Menorehkan titah sejarah perjalanan bangsa, pengabdian yang terukir dari cinta yang tulus kepada tanah airnya. Dialah sosok sang kakek tua yang menyimpan banyak pengalaman suka dan duka pengabdian terhadap organisasi GP Ansor Banser di tanah Assamalawuang.
Sebelum kakek beranjak duduk, satu persatu dari kami mencium tangan beliau. Melihat kami, bagai melihat dirinya di masa muda dulu. Mengenakan seragam Banser dengan motif loreng Banser tempo doloe.
Comment