MAMUJU, MEDIAEKSPRES.id – Boda-Boda merupakan salah satu desa di Kecamatan Papalang, Kabupaten Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat.
Desa tersebut dihuni masyarakat dari Suku Bugis, Mandar, hingga Subsuku Toraja; PUS, Mamasa dan Kalumpang. Hingga puluhan tahun, keharmonisan masyarakatnya tetap terjaga.
Struktur alam yang terdiri dari bukit dan persawahan semakin menambah kecantikan daerah itu. Desa harmoni di bagian utara kota Mamuju.
***
Semakin lengkap rasanya kala mata dimanjakan fenomena sunset. Peristiwa kembalinya sang Fajar ke peraduan.
“Ada yang tak tenggelam ketika senja datang, yakni Rasa.” Ungkapan Rohmatikal Maskur ini menggambarkan kekaguman Penulis akan mahakarya Sang Pencipta — tatkala menyaksikan — atau lebih tepatnya menikmati sajian matahari terbenam.
Momen sakral itu Penulis dapat saat berkunjung ke Boda-Boda. Salah satu desa di Kecamatan Papalang, berjarak sekira 60 kilometer dari kota Mamuju, Sulawesi Barat.
***
Minggu, 7 Juni 2020. Ada acara keluarga yang menuntut raga segera beranjak dari Mamuju ke Boda-Boda. Jalan siang itu cukup ramai. Warga Mamuju sudah mulai menerjemahkan istilah pemerintah – hidup new normal.
Berbagai komposisi kelas masyarakat pun tampak di jalan-jalan. Dari manusia dengan potongan kemeja dan rambut cepak, hingga laki-laki paruh baya berbaju lusuh, lengkap dengan kereta roda tiganya.
Sekitar 2 jam perjalanan ditempuh mengendarai sepeda motor untuk sampai ke desa tersebut. Cukup melelahkan memang. Tapi segera terobati dengan suasana baru, suasana yang jauh dari peliknya dinamika hidup di ibukota provinsi.
***
Desa Boda-Boda berpenduduk kurang lebih 1.000-an jiwa. Kegiatan masyarakatnya mayoritas diisi oleh aktivitas pertanian. Boda-Boda merupakan anak kandung (baca: pemekaran) dari Desa Topore.
Cerita soal keindahan senja tadi, Penulis saksikan dari pekarangan belakang rumah. Sunset yang seakan hilang di sela dedaunan pohon.
Ada sisi lain yang tak kalah menarik di desa tersebut. Susur galur warga Boda-Boda berasal dari Suku Toraja, Mandar, dan Bugis. Praktis, agama Kristen dan Islam hidup berdampingan.
Keharmonisan antara sesama pemeluk agama sangat terpelihara di kampung ini.
Kepala Desa Boda-Boda, Ashardi mengungkapkan cara merawat toleransi antarwarga. Pihaknya mengajak seluruh masyarakat untuk menggelar bakti sosial di masjid maupun gereja.
“Warga nasrani dan muslim sama-sama bekerja. Tempatnya gantian, di gereja maupun masjid,” kata Ashardi.
Namun, kegiatan gotong-royong di rumah ibadah itu harus dihentikan sementara akibat pandemi corona virus disease (Covid-19).
***
Comment