MAMUJU, MEDIAEKSPRES.ID – Wabah yang melanda Indonesia saat ini bukan pertama kali terjadi, wabah ini sudah pernah terjadi berkali-kali bahkan sejak berabat-abat silam.
Seperti di Provinsi Sulawesi Barat, di daerah pegunungan yang di sebut Pitu Ulunna Salu (PUS) pernah di serang wabah yang sangat luar biasa di zaman nenek moyang dulu.
Hal itulah salah satu peyebab Nenek Moyang masyarakat PUS yaitu Pongka Padang bersama tujuh saudara dan keluarganya bermigrasi ke Pesisir Sulbar yang di sebut Pitu Baqbana Binanga (PBB).
Wabah yang meyerang hulu salu saat itu disebut sebagai (Sai Tau).
Kisah ini dijelaskan oleh Budayawan Mandar, Bustan Basir Maras, di chanel video Youtube Korumta Mandar. Ia menjelaskan, wabah yang melanda saat ini Indonesia yaitu virus Corona atau dengan nama lain Covid-19 itu juga telah pernah terjadi di zaman dulu di Hulu Salu.
“Itulah salah satu yang menyebabkan perpindahan manusia Hulu Salu ke Pesisir,” jelas Bustam Masir Maras pada video yang diunggah, Kamis 2 April 2020 kemarin.
Bustan menyampaikan, wabah di zaman dulu di Hulu Salu itu, di kenal dengan dua nama (Sai Olo-olo atau Sai Manu) di mana wabah tersebut mirip yang pernah menyerang Indonesia dengan nama Flu Burung.
“Sedangkan muncul wabah Covid-19. Inilah yang disebut di masa lalu dengan nama Sai Tau,” paparnya
Lalu bagai mana cara nenek moyang Hulu Salu mengatasi wabah tersebut,?
Alumni Antropologi Universitas Gajah Mada, Jogyakarta ini menjelaskan, ada dua cara nenek moyang dulu mengatasi wabah ketika menimpa suatu daerah.
Dalam bahasa lokal daerah Sulbar disebut “Makarra Nahang atau Karra Nawang” dalam bahasa Indonesia di sebut Musibah Besar.
Para nenek moyang berkumpul denga membawa kentongan — terbuat dsri bambu — sambil memukul kentongan dengan harapan dapat mengusir wabah.
Selain itu, tradisi hulu salu juga ketika anak-anak berkumpul di sungai, mereka berdendang lagu dengan syair mantra dalam bahasa lokal hulu salu yaitu. “Palaiko pota, maiko randang, palaiko pota, maiko randang”.
“Itu artinya segala sesuatu yang buruk pergilah dan yang baik yang bening datang lah. Itu adalah mantra ulu salu untuk mengusir wabah yang masuk kedalam kampung mereka,” jelasnya
Lanjut Bustan menjelaskan, hal kedua yang dilakukan leluhur moyang adalah mengambil hasil alam seperti padi, buah-buahan, lebah hasil hewani dan digantung di dalam pintu mereka. Dengan niat hal itu mampu menghalau wabah yang datang dan ingin masuk ke rumah mereka. Hal Itulah yang dilakukan nenek moyang, orang-orang hulu salu yang menjadi sebuah tradisi turun temurun hingga bermigrasi ke pesisir sampai pada fase Islam.
“Di Fase islam di Nusantara mereka akan mengusir wabah dengan cara membaca surat yasin keliling kampung. Juga mereka akan berkeliling kampung dengan mengundangkan Adzan Akbar, Adzan secara bersama-sama dengan harapan dapat mengusir wabah di suatu daerah,” tutup Bustan.
Repoter: Muh. Iksan Hidayah
Editor : Mediaekspres.id
Comment