MAMUJU, MEDIAEKSPRES.ID – Tahun 2020 merupakan tahun politik. Ada 270 daerah akan menggelar pilkada serentak di Indonesia, September mendatang.
Setiap figur yang maju pilkada, pastinya akan berusaha semaksimal mungkin menggaet suara pemilih.
Lingkar Madani Indonesia telah meneliti beberapa indikator, yang mempengaruhi peluang kemenangan pada kontesetasi pemilukada.
Popularitas
Popularitas calon merupakan modal utama untuk memenangkan pilkada. Masyarakat cenderung memilih figur yang sudah dikenal.
“Calon (bupati/gubernur) wajib populer. Itu sangat mempengaruhi suara pemilih,” kata Direktur Lingkar Madani Indonesia, Ray Rangkuti di Mamuju, Senin (9/3/2020).
Menurutnya, para kandidat mesti berupaya meningkatkan popularitas, lewat isu positif maupun negatif.
Berdasarkan data Lingkar Madani Indonesia, 70 persen pemilih akan memilih calon yang disukai, meski telah menerima uang dari calon lain.
Dikenal Baik
Faktor selanjutnya adalah dikenal baik. Figur yang ingin maju harus punya prestasi di masyarakat.
Ray Rangkuti mengatakan, memilih calon karena prestasinya merupakan substansi dari pemilu.
“Menang karena prestasi bagus berarti hukum pemilu jalan. Terkadang menang pilkada karena masyarakat nilai kinerjanya bagus,” ulas Rangkuti.
Money
Money politic atau politik uang masih menjadi “virus” dalam demokrasi Indonesia.
Namun, Ray Rangkuti menyebut, faktor uang tidak terlalu berpengaruh pada pemilih dengan pemahaman demokrasi seperti saat ini.
“Jadi uang ini saya taruh di faktor ketiga atau keempat ya, apalagi pemahaman demokrasi saat ini meningkat, pemilih cerdas,” katanya.
Dari survei yang dilakukan Lingkar Madani Indonesia, 90 persen pemilih berani mengaku terima uang saat pemilu dan 10 persen pemilih tidak berani mengaku.
Sementara data soal pengaruh politik uang terhadap suara pemilih, 70 persen masyarakat memilih sesuai hati nurani, meski telah menerima uang dari calon lain. Sedangkan 30 persen masyarakat masih memilih calon yang memberi uang.
Reporter: Harly
Editor : Harly
Comment