Menanam Nilam, Memupuk Mimpi

MEDIAEKSPRES.id – Tanah rantau adalah guru sebaik-baiknya guru. Segala pelajaran didapatkan pada tanah yang dipijaki kaki namun dapat mengisi perut. Pada lintas waktu, pandemi membuat segalanya berubah. Kini saya mesti melepas segala kerinduan pada kampung halaman. Merintis segalanya dari awal agar kehidupan tetap baik-baik saja.

Katanya, bentuk meragukan tuhan adalah dengan khawatir tidak bisa makan esok hari. Tak mampu saya meragukan Sang Kuasa, maka saya hanya berupaya agar hidup dapat bermakna dan mekar di kampung sendiri.

Lambat laun, saya mengumpulkan segala niat dan tekad. Pada titik terang saya memutuskan untuk membudidayakan nilam. Sebuah tanaman penghasil minyak yang kerap disebut minyak nilam. Berkebun adalah hal yang paling puitis, barangkali itu sebabnya menjadi seorang petani adalah tahta yang begitu agung di desa kami.

Desa yang kerap kali dipenuhi embun yang menusuk kami dengan dingin dan kami selalu sukses menghangatkan diri dengan secangkir kopi dan perbincangan hangat bersama sanak keluarga di kampung. Desa yang kami sebut Keang.

Membudidayakan nilam mampu menopang perekonomian kami dengan baik. suatu waktu ku tanyakan pada bocah cilik desa kami yang juga turut serta menanam nilam. Dengan polos ia menceritakan bahwa akan menabung uang dari hasil menanam nilam untuk membeli sepeda motor. Anak kecil ini menanam nilam sembari memupuk mimpian yang amat besar. Atas dasar kepercayaan dan tekad saya yakin sekali semua bisa terkabulkan.

Di waktu tertentu, harga nilam bisa mencapai Rp 530.000/kg bahkan masih bisa lebih mahal lagi. Tentu itu adalah kabar gembira bagi kami para pengagum tanah subur di desa kami. Sebagai mana kepanjangan petani yakni penyangga tatanan Negara Indonesia. Nama tersebut diberikan oleh presiden pertama Indonesia yakni bung Karno.

Untuk menyanggah tentu kami butuh kekuatan, tak mampu dinafikan lagi bahwa peran pemerintah tentu sangat besar dalam hal ini. Kehijakan pemerintah mampu menjadi penunjang nasib baik bagi rintihan lapar para petani pun kuatnya sanggahan Negara ini. Maka dengan harapan yang amat besar, kami menunggu tolehan wajah dari sang kuasa Negara, member sedikit atau banyak kepedulian agar kami mampu berkreasi di tanah air yang katanya telah merdeka ini.

Sukir L Bayan

Editor: Firdha Mutmainnah

Kata bijak “Jangan takut jadi kotor untuk melangkah ke depan.”

Redaksi

Comment