MEDIAEKSPRES.id – 2 juni 1897, tepat 123 tahun silam di Sumatra Barat, tepatnya di Nagari Padam Gadang, Suliki, Lima Puluh Kota — Pasangan HM Rasad dan Rangkayo Sinah berbahagia atas kelahiran anak laki-laki mereka. Mereka memberi nama Sutan Ibrahim, yang kemudian menerima gelar Datuk Tan Malaka tahun1913, di usianya yang baru 16 tahun.
Gelar bangsawan yang diterima Tan Malaka tak membuat ia tinggal menetap di kampung kelahirannya, menikmati gelar Datuk yang ia peroleh dari silsilah keturunan ibunya. Ia tak menggunakan gelar kebangsawanannya berpangku tangan menikmati hidup yang layak.
Tan Malaka memilih jalan berbeda dari bangsawan pada umumnya. Tan lebih memilih jalan yang taruhannya adalah nyawa. Perjuangan untuk memerdekakan bangsanya dari Imperialisme, itulah jalan yang dipilh oleh Tan. Jalan yang dipenuhi kerikil tajam dan semak belukar, jalan yang sulit untuk seorang Bumi Putera yang bangsanya terjajah hampir tiga abad lamanya.
Jalan yang Tan Malaka pilih memang teramat sulit, penuh dengan rintangan. 51 tahun usianya, 35 tahun ia habiskan dalam perjuangan. 11 negara menjadi tempat ia lari dan bersembunyi. Tidak kurang 13 kali ia dipenjara. Menggonta-ganti nama dengan sedikitnya 23 nama.
Perjalanan Tan Malaka mencapai 89 ribu kilo meter, mengunguli 2 kali lipat perjalanan Che Guevara di Amerika Latin. Perjalanan Tan Malaka setara dengan 2 kali mengelilingi bumi.
Dalam perjalanan dan perjuangannya, Tan Malaka menjadi orang Indonesia pertama yang mencetus konsep Republik Indonesia. 1925 ia menulis buku kecil yang berjudul Naar de Republiek Indonesia. Buku inilah yang kemudian menginspirasi Soekarno, Hatta, Syahrir dan yang lain untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dari barisan yang lain.
Buku ini pulalah yang menginspirasi Supratman dalam mencipta Lagu Indonesia Raya. Dalam perjalanan juga perjuangannya, Tan Malaka berbeda pandangan dengan konsep Founding Father yang lain. Tan Malaka keras menolak perundingan dengan Kolonialisme, sebab tuan rumah tidak akan pernah berunding dengan maling yang menjarah rumahanya.
Tan paham betul dengan kondisi negaranya, sebab ia berjuang bukan hanya pada meja perundingan. Mulai dari menulis buku, membentuk kesatuan massa, berbicara dalam konsep internasional, ikut bertempur mengangkat senjata, menjadi Romusa, hingga keluar masuk penjara Tan lakukan untuk kemerdekaan Indonesia.




Comment