MAMUJU, MEDIAEKSPRES.id – Bicara tentang ‘jago’, orang-orang akan mendefinisikan sebagai kekuatan, kelihaian atau kehebatan. Jago merupakan lambang juara – identik dengan maskulinitas. Bagi yang bergelut di dunia sabung ayam (baik legal maupun ilegal), pasti akrab dengan istilah Ayam Jago.
Sekira 60 kilometer ke arah utara kota Mamuju, Sulawesi Barat, ada komunitas Ayam Jago. Komunitas ini dimotori oleh Mas Man – pria Jawa yang sudah puluhan tahun hidup di jazirah Manakarra. Ia bermukim di Desa Toabo, Kecamatan Papalang – tempat yang dikenal dengan sebutan Nusantara Mini.
Sebagai wilayah transmigrasi, Toabo memang dihuni oleh masyarakat heterogen. Hampir semua suku, agama, ras dan budaya Indonesia ada di desa tersebut.
Setiap sore, Mas Man rutin mengunjungi kolega sesama pecinta ayam. Tentunya ritual jalan-jalan ke kolega itu, Mas Man ditemani seekor ayam jantan. Hewan berjengger ini dikemas rapi dalam tas keranjang yang terbuat dari anyaman bambu.
“Ya kalau enggak diajak ayamnya, enggak seru mas. Selain silaturahmi kan, kita juga biasa sparring (ayam),” kata Mas Man kala bersua dengan kami di suatu kesempatan.
Ayamnya itu bernama Si Jago. Nama yang sederhana namun tak menanggalkan sejarah besar di gelanggang peraduan. Konon dari sejumlah pertarungan, Si Jago sudah membuat enam lawannya terkapar. Selebihnya menyerah, tak kuasa menahan gempuran sang petarung.
Mas Man mengaku punya beberapa stok ayam aduan, namun Si Jago adalah pusakanya. Sudah banyak cerita-cerita indah tentang kemenangan yang diukir Mas Man bersama Si Jago. Tentang pertarungan di hotel Maleo Mamuju, tentang pertarungan di Desa Salukayu, dan paling berkesan bagi Mas Man saat Si Jago membuat leher lawannya patah, kala pertarungan di Lombang-Lombang tahun lalu.
“Lawannya keok mas, lehernya itu tumbang ke tanah, patah,” cerita Mas Man dihiasi senyum kebanggaan.
Baginya, memelihara ayam jago adalah seni. Ia merasa bahagia hidup ditemani merdunya suara si jantan. Tak jarang bibit ayam bangkok miliknya dijual ke sesama peminat sabung ayam. Mas Man pun punya aturan harga antara orang luar dan orang dalam.
“Kalau anggota saya kasi’ Rp 50 ribu. Kalau orang luar biasa Rp 75 ribu hingga Rp 100 ribu/ekor,” ungkap Mas Man, pria bertubuh kekar dengan kalkulasi bisnis yang tak bisa disepelekan.
Komunitas Ayam Jago besutan Mas Man ini diisi oleh berbagai kalangan. Dari petani, pedagang hingga anak muda pengangguran. Mereka sering meminta petuah dari sang mentor, tentang kiat sukses melatih ayam untuk diikutkan ke gelanggang sabung.
Resep Mas Man cukup mudah; rajin mandikan ayam dan perbanyak sparring. Apakah hanya itu atau ada trik khusus untuk membuat ayam sekuat Si Jago? Entahlah, hanya Mas Man dan Tuhan yang tahu.
Penulis: Shermes
Quotes of the day “Ternyata kepentingan Nasional memiliki hukum-hukumnya sendiri, yang dalam banyak hal ‘dimanfaatkan’ untuk kepentingan agama. Ia dapat menciptakan ikatan kebangsaan untuk mengkonkretkan hidup beragama. Tidak sebaliknya.”
Gus Dur




Comment