Sulbar Kehilangan Sosok Ulama yang Tawadhu

MAJENE, MEDIAEKSPRES.id – Meninggalnya Ulama adalah sebuah perkara yang besar. Meninggalnya ulama adalah musibah yang tak tergantikan, dan sebuah kebocoran yang tak bisa ditambal. Wafatnya ulama laksana bintang yang padam.

Kabar duka itu datang menyelemuti langit dan bumi tanah Mandar (Sulbar). Tokoh Ulama yang karismatik dan tawadhu itu telah berpulang kepangkuannya.

Rasa kehilangan sosok itu bermunculan. Doa dan ucapan bela sungkawa mengalir dari warga Sulawesi Barat (Mandar) mengiringi kepergian sang tokoh spritual itu.

Beliau Dr. (Hc.) KH. Nur Husain, meninggal dunia di usia 72 tahun di Madinah pada 19 Ramadan 1441 Hijriah atau Selasa (12/5) sekitar pukul 01.00 waktu Madinah. Ia dirawat sejak 7 Februari 2020 di RS King Fahd Madinah karena sakit saat melaksanakan ibadah umrah, dan sedianya akan dimakamkan di Madinah.

Dr. (Hc.) KH. Nur Husain adalah Ketua Majelis Ulama Indonesia Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar). Sekaligus tokoh Agama (Islam Moderat) yang berhaluan Ahlu Sunnah Wal Jamaah, juga dikenal memiliki pemikiran kebangsaan yang luas dan kecintaanya terhadap NKRI.

Paku Bumi itu telah berpulang, kepergiannya meninggalkan duka yang mendalam bagi warga mayarakat Sulbar. Mandar kehilangan sosok ulama pemersatu.

Hal itu juga datang dan dirasakan oleh Bustan Basir Maras, seorang Sastrawan dan Sejarawan Mandar (Sulbar) yang cukup kenal dengan sosok beliau.

Kabar duka dan rasa kehilangan itu disampaikan oleh Sastrawan asal Sulbar ini di “branda facebooknya @Bustan Basir Maras” yang diunggah pada hari Selasa 12 Mei 2020 pasca wafatnya KH Nur Husain pada hari itu juga.

Menurutnya, KH Nur Husain adalah murid dari Prof. Dr. Quraish Shihab, ia juga menilai di Indonesia hanya ada dua Ahli Tafsir, yakni Frof. Dr. Quraish Shibab dan muridnya; Dr. (Hc.) KH. Nur Husain.

Berikut pesan yang ditulis Bustan Basir Maras mengenang kepergian Dr. (Hc.) KH. Nur Husain, Ketua MUI Provinsi Sulawesi Barat.

Bustan Basir Maras

Di Indonesia, hanya ada dua ahli tafsir: Frof. Dr. Quraish Shibab dan muridnya; Dr. (Hc.) KH. Nur Husain.

Meski beberapa bulan ini kami terus mendoakan beliau sejak dikabarkan sakit saat umroh ke Tanah Makkah Almukarromah, namun tetap kaget dan entah perasaan apapun campur aduk, kesedihan mendalam terasa sangat, saat mendengar kepulangan beliau malam ini. Kemarin lusa saat usai sahur (10 Mei 2020), sya dan #Ahmad Akbar (civitas akademika STAIN Majene) berbincang panjang tentang bliau di t-Bink cafe, sambil berdoa tuk bliau. Rupanya itu pertanda bagi kami, anak-anak kecil yang dulu mengecup harum tangan beliau, berharap berkah terus mengalir pada kami semua. Malam ini, saya baru membuka Medsos beberapa jam lalu. Saya termasuk sangat telat mendapatkan berita duka ini.

Meski saya tak punya kapasitas apapun dalm hal ilmu tafsir, namun telah jauh saya belajar, menyinggahi beberapa pondok termasuk di Pulau Jawa, hingga belajar beberapa waktu di negara tetangga, dalam hal tafsir, marja’ sya tetap hanya dua, yakni Prof. Dr. Quraish Shihab dan muridnya di Tanah Mandar Dr. (Hc.) KH. Nur Husain. Saya tak pernah mengaji langsung kepada Habib Quraish, namun saya mengaji langsung kepada Guru saya, Guru kami semua, KH. Nur Husain, salah satunya melalui tafsir Jalalain selama tiga tahun. Statement saya di atas tentu #subjektif, namun berhadapan dengan dua ahli tafsir di atas, Quran menjadi sangat mudah kita fahami. Usut punya usut, rupanya beliau pernah menjadi asdos Prof Quraish saat bliau di IAIN Alauddin Makassar. Wajarlah. Sanadnya jelas. Metodenya kurang lebih sama.

Hari ini, tumbiringi litaq Mandar, kepergian Annangguruttaq betapa dalam, saya teringat Mbah Moen dan ulama besar nusantara lainnya yang seolah telah berjanji dengan tanah Makkah akan hari akhirnya, tepat malam ganjil Ramadhan. Allahu A’lam Bishowab. Selamat jalan “Obor Tanah Mandar” Pipatudzu, dan taburan cintamu bagi kami semua, akan terus mengaliri sungai-sungai ilmu di Negeri ini.

Masih terus kuingat, saat kau lekatkan tangan dan wajahku pada bendera itu, di balik merah putih, dan kami bersumpah akan terus berada dijalan itu. Amin.

Reporter: Jumain

Editor: Mediaeksores.id

Comment