Di Tengah Dinamika Riuh, Diaspora Mandar Nyalakan Lentera Persatuan

JAKARTA – Senja mulai turun di Jakarta ketika seorang diaspora Mandar dari Sulawesi Barat, menutup laptopnya setelah seharian bekerja di sebuah kantornya. Di luar, terdengar kerumunan demonstran yang semakin riuh. Beberapa rekannya di media sosial tampak khawatir, membagikan video aksi yang mulai memanas.

Mereka–Para Diaspora Mandar– menatap layar ponselnya dan menghela napas panjang. “Sebagai perantau, kita harus tetap tenang. Nilai siri’ dan pesse’ mengajarkan kita untuk tidak terprovokasi,” gumam mereka. Nilai luhur orang Mandar itu, yang menekankan harga diri dan solidaritas, menjadi pedoman untuk kita semua.

Pesan itulah yang disampaikan Sekretaris Jenderal Badan Pengurus Pusat Kerukunan Keluarga Mandar Sulawesi Barat (BPP KKMSB), Isra D Pramulya. Dalam keterangan resmi nya Sabtu, 30 Agustus 2024.

Isra menghimbau seluruh bangsa Indonesia untuk mengutamakan perdamaian, persatuan, dan kesatuan bangsa, mengingat situasi yang rawan gesekan.

“Kita semua berkewajiban menjaga Indonesia tetap damai. Persaudaraan kebangsaan jauh lebih penting dibanding kepentingan politik sesaat atau agenda kelompok tertentu,” ujarnya.

Secara khusus, Isra menekankan kepada diaspora Sulawesi Barat agar tetap tenang, beraktivitas normal, dan menolak provokasi maupun tindakan anarkis yang melanggar hukum saat menyampaikan aspirasi. “Menyampaikan pendapat adalah hak, tapi jika dilakukan dengan cara yang melanggar hukum, justru akan merugikan diri sendiri dan nama baik daerah,” tegasnya.

Bagi warga Mandar Sulawesi Barat, Isra mengingatkan pentingnya menjaga identitas moral Mandar dalam keseharian: santun, beradab, serta menjunjung tinggi siri’ dan pesse’. Karakter ini menjadi fondasi moral yang menuntun diaspora dalam menghadapi berbagai tantangan di perantauan.

Tak hanya itu, Isra juga menyerukan agar semua pihak senantiasa berdoa dan berikhtiar agar bangsa tetap berada dalam lindungan Tuhan Yang Maha Kuasa, dijauhkan dari gangguan para pemecah belah persatuan. “Doa dan ikhtiar kolektif adalah kunci. Bangsa yang besar bukan hanya kuat secara fisik, tetapi juga memiliki spiritualitas yang kokoh,” katanya.

Dalam menjaga stabilitas, Isra menekankan peran aparat penegak hukum untuk bertindak profesional, proporsional, dan tegas terhadap segala aksi yang mengganggu keamanan maupun persatuan bangsa. “Negara harus hadir dengan cara yang adil dan tegas, agar tidak ada pihak yang merasa bisa bertindak di luar aturan hukum,” jelasnya.

Pesan Isra, setiap langkah, setiap tindakan komunitas Mandar di perantauan, adalah lentera kecil yang menyalakan persatuan di tengah keramaian kota yang bergejolak.

“Di mana pun kita berada, menjaga perdamaian dan identitas moral adalah tanggung jawab kita,” ujarnya. Di sanalah, nilai siri’ dan pesse’ hidup, menjadi pengingat bahwa bangsa ini, meski majemuk, bisa tetap bersatu.

Tanah Mandar bumi Sulbar dibangun dengan susah payah oleh pendahulu kita, jng kita rusak karena emosi sesaat. (*)

Comment