Kisah: “Harga dari Sebuah Pengkhianatan”

Arman adalah seorang kontraktor swasta, sedangkan istrinya, Rini, adalah seorang PNS di salah satu kantor pemerintahan daerah. Mereka menikah selama 10 tahun, memiliki dua anak, dan selama ini Arman percaya bahwa rumah tangga mereka baik-baik saja.

Namun, belakangan Arman mulai curiga. Rini sering pulang larut malam dengan alasan “lembur”. Ponselnya selalu terkunci, dan sering tersenyum sendiri saat membalas pesan. Kecurigaan Arman memuncak ketika ia melihat foto Rini dan seorang pria dari kantornya sedang berdua di sebuah kafe, beredar di grup WhatsApp.

Arman tidak langsung marah di rumah. Ia mengumpulkan bukti—chat, foto, dan keterangan dari rekan kerja Rini—lalu membawa semua itu ke kantor tempat istrinya bekerja.

Di ruang kepala dinas, Arman berkata dengan suara tegas:

“Pak, maaf saya datang bukan untuk mempermalukan, tapi ini menyangkut nama baik instansi. Istri saya, Rini, bukan hanya berselingkuh, tapi juga melakukannya di jam kerja dengan rekan kantornya.”

Pimpinan kantor terkejut. Ia memanggil Rini dan melakukan pemeriksaan internal. Dari hasil penyelidikan, terbukti Rini melanggar disiplin PNS berat: perbuatan asusila dan penyalahgunaan jam kerja.

Beberapa minggu kemudian, keluar surat keputusan: Rini diberhentikan dengan tidak hormat.

Saat menerima surat itu, Rini menangis. Bukan hanya karena kehilangan pekerjaan, tetapi karena menyadari bahwa ia telah menghancurkan rumah tangga dan masa depannya sendiri.

Arman, walaupun sakit hati, berkata kepada anak-anaknya:

“Ayah ingin kalian belajar. Kejujuran dan kesetiaan itu mahal. Jangan pernah mengkhianati orang yang percaya pada kalian.”

Pesan Moral:

Jabatan dan status tidak akan melindungi seseorang dari konsekuensi pengkhianatan.

Selingkuh bukan hanya menghancurkan rumah tangga, tapi juga karier.

Bukti dan ketegasan bisa menjadi jalan untuk menegakkan keadilan.

Comment