Diduga Ada “Pungli” di Diknas Sulbar, 16 Juta per MKKS Untuk Sandeq

MAMUJU,- Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Provinsi Sulawesi Barat, di duga melakukan pungutan liar (Pungli) sebesar 16 Juta Rupiah per MKKS.

MKKS (Adalah Musyawarah Kerja Kepala Sekolah) merupakan forum perkumpulan kepala sekolah dalam satu gugus wilayah di kabupaten. Anggotanya terdiri dari kepala-kepala sekolah negeri dan swasta dalam satu kabupaten terkait. Baik itu Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

Untuk di Sulbar terdapat 12 MKKS yang dimana 6 MKKS dari SMK dan 6 MKKS dari SMA.

Namun ironis, Dinas Pendidikan Sulbar, untuk mendukung kegiatan Sandeq, harus melibatkan MKKS dengan pungutan biaya sebesar 16 Juta per MKKS dari total 12 MKKS di Sulbar.

“Kenapa harus MKKS yang dimintaki sebesar 16 Juta itu. Sekolah akan pertanggung jawabkan pake dana apa?. Tidak mungkinkan akan dipertanggung jawabkan melalui dana BOS. Jangankan untuk Sandeq Race, perayaan hari-hari besar saja tidak dibolehkan memakai dana BOS. Itu merupakan Pungli kalau itu benar terjadi,” ujar Imran salah satu Aktivis Mamuju saat dikonfirmasi, pada Rabu, 16 Oktober 2024.

Imran mengatakan, Diknas Sulbar tidak seharusnya melakukan pungutan kepada MKKS untuk membiayai Sandeq. Sebab hal tersebut akan berdampak mutu kualitas pendidikan di Provinsi Sulbar yang di mana telah melibatkan kepala Sekolah.

Saat dikonfirmasi salah satu kepala sekolah mengakui bahwa dirinya ikut memberikan kontribusi untuk Festival sandeq race.

“Semuanya pak Ketua MKKS yang kumpul itu dan ada catatannya sama pak ketua. Itu diperintahkan langsung dari diknas dan katanya diperuntuhkan untuk sandeq race.  Samaji semua itu besarannya 16 Juta per MKKS,” ujar salah satu Kepala Sekolah yang engga disebutkan identitasnya saat dikonfirmasi, Rabu, 16 Oktober 2024.

 

Baca Juga : Pj Gubernur Sulbar Berikan Bantuan Beasiswa Bagi Anak Passandeq

 

Kepala sekolah lain saat dikonfirmasi mengatakan bahwa, dirinya hanya ikut berpatisipasi untuk mendukung program sandeq race.

“Yah kita ini hanya berpartisipasi pak. Tidak ada paksaan. Tidak usah ditulis nama saya pak. Of the rekord lah nilainya,” ujarnya saat dikonfirmasi via telepon.

 

Para perwakilan pelajar di Sulbar ikut menikmati belajar menahkodai Sandeq Klasik sebagai warisan budaya Nusantara. (Dokumentasi : Muhammad Ridwan Alimuddin)

 

Sekolah Berpartisipasi Untuk Sandeq Race, Bukan Pungli

Ketua MKKS Mamuju, Rusman membahtah tudingan itu. Ia mengaku, bahwa hal tersebut adalah sumbangan dalam bentuk pribadi untuk berpartisipasi pada kegiatan Sandeq Race. Menurut dia, sebanyak 20 sekolah yang berpartisipasi untuk mencukupkan nilai 16 Juta rupiah itu.

“Dua puluh Sekolah kalau SMA di Mamuju. Kalau SMK dia di Mamuju, saya tidak tau. Kalau saya kena 500 ribu ji saya,” ujarnya

Ia menambahkan, partisipasi dari sekolah itu tidak boleh dibiayai dari BOS Sekolah untuk kegiatan Sandeq race.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sulawesi Barat, Mitthar saat dikonfirmasi via telepone mengatakan, bahwa semua pihak diminta untuk berpartisipasi kegiatan festival Sandeq Heritage termasuk juga Kepala Sekolah.

Meski Kadis Pendidikan ini, saat diwawancarai agak emosianal, ia membahtah tudingan tersebut. Menurut Mitthar bahwa kegiatan sumbangan tersebut bukan MKKS, tapi semua pihak yang ikut berpartisipasi.

“Bukan MKKS, tapi semua pihak. Saya tidak tau persis siapa-siapa yg menyumbang. Saya tdk tau rinciannya. Yg tau itu Ridwan Alimuddin,” ujar Mitthar yang juga selaku ketua panitia Sandeq Race Festival itu.

Sementara itu, Muhammad Ridwan Alimuddin saat di konfirmasi menjelaskan bahwa, kegiatan festival Sandeq race yang sudah berlalu itu, melibatkan sebanyak 16 Sandeq asli warisan bangsa, yang ikut berpartisipasi bertujuan untuk pendidikan bukan untuk lomba.

Lanjut Ridwan sapaan akrabnya mengatakan, tujuan 16 Sandeq asli itu berlayar dan disetiap titik persinggahan, siswa dan masyarakat umum dapat menaiki sandeq untuk belajar.

“Karena sandeq tersebut tidak ikut lomba. Otomatis sandeq tersebut tidak di back up sporsorship. Karena sandeq yang di sponsori itu sebanyak 47,” ujarnya

 

Baca Juga : Ritual Mapparondong Lopi, Lepas Passandeq Menuju Pantai Banggae

 

Masih Ridwan menjabarkan, untuk menjadi sponsor sandeq itu diwajibkan membayar sebesar 30 juta rupiah dan logo akan di pasang di layar sandeq. Dan itu sebanyak 47 sandeq yang bersponsor.

“Nah ini ada 16 Sandeq yang tidak masuk dalam kategori lomba,”

Ridwan bercerita, bahwa ia menawarkan ke Dinas Pendidikan Sulbar, “Layar Sandeq” yaitu Pelajar Sandeq. Sebaga pembelajaran bagi para pelajar di Sulbar mengetahui Sandeq klasik warisan Nusantara. Dan itu dibiayai melalui patungan setiap sekolah.

Menurut dia, untuk membiayai 16 Sandeq itu, Ridwanpun merincikan dan sebanyak 16 juta rupiah satu sandeq.

Iapun mengusulkan ke Dinas Pendidikan Sulbar.

Usulan dari Ridwan Alimuddin itupun di terima, oleh Dinas Pendidikan Sulbar dan membebankan biaya kepada sekolah untuk melakukan patungan mendanai Pelajar Sandeq. Semua transaksi dr sekolah masuk ke rekening Komunitas Bahari Mandar. Tdk ada yg ke dinas atau pihak lain

“Teknisnya Dinas Pendidikan yang tau itu. Yang jelas kami tawarkan kami itu ke Dinas. Saya minta Dinas Pendidikan untuk mengkover itu Sandeq asli, sandeq tradisional. Jadi itu bukan pungli karena ada manfaatnya kita berkolaborasi melestarikan Sandeq. Semua transaksi dari sekolah itu, masuk ke rekening Komunitas Bahari Mandar. Tidak ada yang ke dinas, atau pihak lain. Bisa di cek, itu 16 juta ke Pa sandeq semua, dan itu ada rinciannya yang dibiayai,” jelasnya Wakil Ketua Panitia Sandeq Race Festival ini.

Masih Ridwan, ia merincikan, khusus sandeq klasik itu sebesar 14,5 juta rupiah yang idenya, dicover oleh urunan sekolah-sekolah.

Menurutnya, 14,5 Juta itu, belum pembelian termasuk baju kaos, pelampung, BPJS Ketenagakerjaan, dan cetak layar perahu.

“Jadi ceritanya itu setiap sandeq klasik itu mendapatkan uang persiapan 3 jt, sewa sandeq 9 jt, logistik (makan, minum, rokok) 1,5 jt dan BBM 1 jt. Dari semua itu kami masih berutan 7 jt (khususnya sewa sandeq) ke nelayan karena target pembiayaan tidak mencukupi,” jelas Penulis Buku ini dengan judul “Orang Mandar Orang Laut”. (*)

 

Penulis : Muhammad Iksan

Comment