Logika Beragama

Keberadaan Tuhan tak bisa kita buktikan secara ilmiah. Namun keberadaan Tuhan itu logis. Akal manusia bisa melogikakan keberadaan-Nya.

Begitu juga ketika saya menjalankan agama Islam. Tentu semua tak bisa dibuktikan secara ilmiah. Namun, saya memilih menjalankan Islam dengan logika.

Misalnya mayoritas muslim percaya ada syariat Islam yang harus ditegakkan untuk urusan hubungan sesama manusia. Bagi saya, itu tidak logis.

Bagaimana mungkin Islam bisa diterima di masa depan jika ingin membawa peradaban ke peradaban 14 abad yang lalu? Jelas tidak logis.

Karena tidak logis, banyak pemuka agama Islam yang memilih gimmick: kiamat sebentar lagi. Gimmick itu dipilih karena tak bisa menjelaskan bagaimana Islam di masa depan dengan pemikiran yang semakin berkembang.

Jangankan di masa depan, sekarang saja sudah banyak orang atheis yang awalnya Islam karena merasa Islam tidak logis. Mereka memilih meninggalkan agama. Itu sudah terjadi.

Mempertemukan orang atheis yang meninggalkan Islam dengan pemuka agama Islam yang masih mencerna dalil secara tekstual, seperti mempertemukan air dan minyak, tak akan ada titik temu.

Doktrin terus-menerus tentang kiamat sudah dekat itu juga yang membuat ilmu pengetahuan dikuasai non-muslim karena orang Islam selalu di-“cekoki” bahwa kiamat itu sebentar lagi.

Muslim sekarang suka sekali membanggakan masa lalu saat banyak muslim menguasai ilmu pengetahuan dunia namun tidak bisa mewujudkan itu sekarang.

Bagaimana mau menguasai ilmu pengetahuan jika selalu meyakini kiamat akan datang sebentar lagi?

Apakah pernah di dunia pendidikan Islam berdiskusi tentang hidup di Mars? Atau berdiskusi tentang kecanggihan ilmu kedokteran di masa depan?

Bagaimana mungkin akan diskusi tentang masa depan jika sekarang saja semua diharamkan. Vasektomi, donor organ, operasi plastik, adalah contoh hal-hal yang sering ada yang mengharamkan.

Pemikiran Islam dengan konsep syariat Islam yang banyak diyakini sekarang, sangat mungkin tak akan bisa sebesar sekarang di tahun 2100 nanti. Apalagi sampai abad ke-30.

Islam sudah hidup selama 14 abad, tapi tak pernah mempersiapkan diri untuk kehidupan 14 abad ke depan. Pemuka agama Islam kalau diajak diskusi tentang semakin majunya teknologi, lebih suka menjawab: “Begitulah akhir zaman, tanda-tanda kiamat sudah terlihat!”

Bilang bahwa kiamat sudah dekat memang cara mudah daripada harus berdiskusi panjang tentang bagaimana logika menjalankan Islam di masa depan yang perkembangannya makin pesat di abad 21 ini.

Menjalankan Islam tanpa logika hanya akan mematikan Islam sendiri di masa depan.

(H. Makdoem Ibrahim, S. Th. I,. MA).

Comment