Pejuang Kemanusian itu Pamit

Pagi di Posko Induk GP Ansor Sulbar, duduk bersama puluhan anggota Banser. Menatap mentari namun tak menampakkan sinarnya– mungkin sebentar lagi hujan akan turun — mendung, bumi merindukan hujan, turun membasahi.

Masih terbesit diingatan Bumi Manakarra (Mamuju) dan Assamalawuang (Majene) yang telah digoyang memporak- porandakan bangunan. Tangis dan duka menyelimuti, sejak peristiwa 15 Januari itu.

“Ambil papan tulis saya akan ajarkan kalian cara membuat sari bambu,” Kata Kepala Satuan Koordinasi Wilayah Barisan Ansor Serbaguna (Kasatkorwil Banser) Sulawesi Selatan, A. Abbas Rauf Rani, Ar, semalam sebelum tidur di posko induk GP Ansor Sulbar.

Sari bambu adalah minuman permentasi yang diracik khusus untuk menambah daya tahan tubuh agar tetap fit. Bukan hanya itu, segala macam penyakit dia sembuhkan.

Ilmu membuat sari bambu, Abbas Rauf Rani ajarkan kepada Banser Sulbar.

“Kalau buatnya gampang. Yang sulit itu ikhlasnya. Karena kalau tidak ikhlas, sari bambunya tidak keluar dan akan gagal.
Sama seperti kalian, jadi Banser itu harus ikhlas, kalau tidak ikhlas tidak berberkah. Terutama ikhlas untuk mengabdi pada lembaga dan orang lain,” katanya usai menjelaskan cara membuat sari bambu itu.

Suasana semalam di Posko Induk GP Ansor Sulbar, canda dan tawa saling berbagi berdiskusi pengalaman di lapangan selama menjadi relawan. Abbas Rauf Rani berdiri di hadapan papan tulis, mejelaskan tatacara membuat sari bambu sebagai kenang-kenangan untuk anggota Banser Sulbar.

“Iyani bawang uisseng upa’gurunangq. Ko angka baja atau sangadinna me’bu Sari Bambue, rekko deppa muissengi atau bata-bata mopako telpong bawakka. Baja eloka lisu ke ujung pandang. (Ini saja yang saya tau bisa saya ajarkan kalian. Kalau ada yang ingin buat lantas masih ragu-ragu. Telpone saja saya, karena besok saya sudah bergeser ke Makassar),” kata Abbas Rauf Rani dalam dialeg Bugis, di hadapan puluhan Banser Sulbar dan Sulsel.

MAMUJU-MEDIAEKESPRES.id- Pagi sekitar pukul 10.00 awan duka masih menyelimuti Mamuju. Di beberapa jalan, alat berat masih bekerja meruntuhkan bagunan yang retak, membersihkan reruntuhan bangunan yang roboh akibat guncangan 6,2 Magnitudo itu.

Ratusan tenda-tenda pengungsian bejejer, ibu-ibu menggendong anaknya dengan tangis trauma, membisikkan tapi takterucap, bagai batu menanyai hari esok.

Di Posko Induk GP Ansor Sulbar, para sahabat Banser Sulsel telah bersiap-siap untuk beranjak. Mesin motor mulai di nyalakan, satu persatu berpamitan, kesedihan nampak di raut wajah yang ditinggal maupun yang meninggalkan. Kenangan bersama selama hampir satu bulan dalam misi kemanusiaan di Mamuju dan Majene.

Tak ada kata, hanya melangitkan do’a dalam rasa perpisahan, berharap kebaikan yang tersemogakan.

“Maafkan saya ya dek. Jika saya selama disini bersama Banser Sulsel ada salah sama kalian. Maafkan saya,” suara tertindas malu itu terdengar dari mulut sang pejuang kemunisaan, A. Abbas Rauf Rani, saat berpamitan kepada Kasatkorwil Banser Sulbar, M. Anshar Tahir dan puluhan anggota Banser Sulbar.

Bersama ke enam anggotanya, Abbas mengendarai sepeda motor matic MX warna biru. Ia ber-iring-iringan menuju jalan trans Sulawesi beranjak ke kota Daeng.

Tak lama kemudian, hujan pun turun membasahi bumi. Posko induk GP Ansor Sulbar menjadi tenang. Tak ada lagi canda ketika malam sebelum tidur, tak ada lagi intruksi siap komando barisan — siapa kita, Banser NU, NKRI Harga Mati –dari mulut sang komandan Banser Sulsel ini.

Selamat jalan komandan, selamat sampai tujuan do’a kami selalu menyertaimu.

Mamuju, Senin 8 Februari 2021.
Posko Induk GP Ansor Sulbar
(Muh. Iksan Hidayah)

Comment