Penulis: Muh. Iksan Pajarray (Satkorcab Banser Mamuju)
MAMUJU- Siang itu, cuaca cerah di Kota Daeng, Makassar. Deru mesin kenalpot bersahutan. Sebuah kabar berhembus, bahwa saudara-saudari kita di Sulbar, tertimpa musibah. Bumi bergetar menggungcang Majene dan Mamuju.
Ribuan rumah roboh, nyawa melayang dalam sedetik tertimpa reruntuhan. Tangis anak-anak menjerit ketakutan, di malam gelap dan hujan.
Warga berlarian mencari tempat yang aman dengan penerang lampu handpone dan senter.
Tak ada canda dan tawa, pilu hati merintih menerima ujian itu ada pesan yang tersirat.
Apapun yang sedang terjadi, pasrah pada kehendaknya. Keikhlasan
Rasa sabar harus di hati
Bencana ini ketentuan rabbul Izzati
Sebagai ujian bagi manusia di muka bumi.
Sore Sabtu, 16 Januari 2021, saya Abbas Rauf Rani Kepala Satuan Koordinasi Wilayah Barisan Ansor Serbaguna (Satkorwil Banser) Sulawesi Selatan berangkat menuju Mamuju memenuhi panggilan jiwa misi kemanusiaan, bersama pasukan Banser 10 orang dengan kendaraan roda empat 1 dan roda dua 4.
Saya sendiri memakai kendaraan roda dua. Kami beriringan memasuki kota Polewali Mandar hujan turun begitu deras, serta angin yang kencang jalan yang licin membuat kami harus tetap hati-hati.
Sekitar pukul, 03.00 Ahad, memasuk wilayah kabupaten Majene, tepatnya di kecamatan Malunda, sepanjang jalan warga mendirikan tenda. Kamipun dihadang oleh warga untuk meminta bantuan. Yah mungkin kami disangkanya membawa logistik. Karena kami relawan Banser masyarakat tersebut mengizinkan kami lewat dan meneruskan perjalanan ke Mamuju.
Saya di sambut Kasatkorwil Banser Sulbar, M. Anshar Tahir serta sahabat-sahabat Banser Mamuju.
Kami memulai rapat bersama untuk bergerak satu komando dalam naungan GP Ansor intruksi pimpinan pusat dalam mengemban misi kemanusiaan.
Berkoordinasi dengan PWNU Sulbar, BNPB Sulbar, Aparat dan penentuan Posko induk GP Ansor dan Gudang Logistik.
Anggota Banser Taggap Bencana (Bagana) juga bergerak melakukan evakuasi ke bangunan yang runtuh. Mereka mebantu pemilik rumah megangkut barang-barang yang masih bisa di selamatkan. Selain itu, membantu warga mendirikan tenda di posko pengungsian.
Saat bantuan logistik mulai berdatangan, dari sahabat-sahabat PC GP Ansor, Sulsel dan Sulteng, Banser Sulsel dan Sulbar mulai menyalurkan ke titik-titik pengungsian.
SORE MENCEKAM DI DESA LABUANG RANO
Pagi yang cerah, Jum’at 21 Januari 2021, kami bersama 21 pasukan Banser Sulsel dan Sulbar berangkat ke titik pengungsian di desa Dungkait dan Labuang Rano Kecamatan Tapalang Barat. Kurang lebih 50 km jarak tempuhnya, jalan yang sulit di jangkau serta Medan yang terjal membuat kami kewalahan dan mendapat hadangan dari masyarakat.
Dua desa menjadi target penyaluran logistik Banser, yaitu desa Dungkait dan Desa Labuang Rano. Desa dungkait tempatnya di pengungsian warga di bukit dekat Puskesmas Dungkait. Sedangkan Desa Lambung Rano ujung Tapalang barat perbatasan antara kecamatan Tapalang barat dan kecamatan Simbor.
Di desa Labuang Rano menghadapi rintangan, selain jalan putus, pasukan Banser pun melakukan negosiasi terhadap warga dikarenakan sejumlah warga menghalangi laju kendaraan, disebabkan belum pernah di sentuh logistik. Kecuali usaha mereka sendiri keluar dari desa untuk mendapatkan logistik dengan memakai kendaraan roda dua. Ketegan mulai terjadi saat beberapa masyarakat memaksakan kehendak untuk menurunkan logistik di tempatnya.
Saya selaku penanggung jawab misi kemanusiaan ini, ber do’a keselamatan dalam hati lalu mengatakan. “Tabe saya Atas Nama Nahdlatul Ulama diberikan Amanah oleh Pimpinan Untuk Membantu masyarakat Sulawesi Barat. Kami Para Ansor Banser hadir ditanah Para Annanguru.
Saya telah mampir di makam Waliullah Imam Lapeo dan berjanji untuk hadir membantu warga masyarakat disini.
Doata semua sebagai org tuaku. Saya dari Selatan. Saya orang Bone Adalah Saudara kalian. dengan restu Allah saya berjanji untuk datang pada kalian semua dan disini aku akan membatu kalian. Tapi sabarki, ikhlaski, musibah ini membuat saya dan anggota saya datang disini sebagai saudara untuk Sulbar.
Akhirnya dengan tanganku kuhadapkan pada mereka. Dan dengan pertolongan Tuhan Yang Maha Esa kami mendapat lindungan dan alhandulillah mereka menerima kami dengan lapang dada.
Kami dizinkan lewat dan membongkar logistik lalu memikul akibat jalan terputus akibat longsor. Warga Labuang Rano yang mengungsi menjemput sembako dengan membawa mobil truck.
Banser dan warga Labuang Rano memikul logistik dengan jarak kurang lebih 1 kilo meter.
Beberapa titik kami juga sudah salurkan, seperti di Kecamatan, Malunda, Kecamatan Ulumanda Kabupaten Majene. Pengungsi di Stadion Manakarra, Jalur dua Mamuju serta titik berikutnya pengungsi di Pulau Karampuang Mamuju.
Selain itu, Banser juga tak lupa menerapkan Protokol kesehatan, dengan memakai masker dan membagikan masker kepada para pengungsi. ***
Comment