Refleksi 75 Tahun Indonesia: Terbentur, Terbentur, Terbentur, dan (Tetap) Terbentur

MEDIAEKSPRES.id – Republik Indonesia hari ini tepat berusia 75 tahun. Umur yang seharusnya cukup matang sebagai suatu negara, dalam menjamin kemakmuran 270 juta jiwa rakyatnya.

Sayang, 75 tahun Indonesia dilabeli dengan status “Merdeka”, ternyata hanya kemerdekaan semu. Kita hanya merdeka secara de jure – tidak 100% merdeka. Tidak ada kebebasan untuk hidup layak secara ekonomi, tidak ada kebebasan untuk hidup layak secara pendidikan, hingga pada berpendapat pun kebebasan itu menjauh.

Sejarah membuktikan, sejak zaman Orde Lama, Orde Baru, sampai Reformasi, orang-orang yang mencoba mengemukakan pendapat dengan mengkritik penguasa, lantas “dieksekusi”.  Negara seakan gagap dalam mengejahwantahkan kemerdekaan itu.

Tidak bisa dinafikan lagi bahwa republik ini meradang karena virus Kapitalisme — yang kemudian memunculkan penyakit akut, Neoliberalisme.

Lantas siapa yang menyuburkan virus tersebut? Mereka adalah para Borjuis internasional maupun nasional yang dibantu oleh kroni-kroninya.

Ya, penjajah itu masih ada, Kamerad! Para pahlawan kita dahulu memang berhasil mengusir penjajah bersenjata, tapi mereka tetap ada dengan kemasan baru. Berdasi, menenteng koper, duduk manis di belakang meja – jauh dari kesan kasar.

Negeri ini jelas belum terbentuk. Lebih tepatnya, Indonesia belum menemukan bentuk aslinya sebagai negeri yang kaya. Kita hanya mengelola sumber daya alam kita sendiri untuk mengisi kantung para penjarah. Parahnya, yang dilakukan para elit hanya sibuk saling berebut kekuasaan.

Jika kita runut kembali dinamika di negeri ini pascakemerdekaan, putra-putri Ibu Pertiwi terhitung sudah beberapa kali mengalami benturan.

Diawali dari peristiwa 1965 sebagai tanda berakhirnya masa Soekarno dengan Orde Lama-nya, sekaligus dimulainya manuver Soeharto merebut takhta. Setelah berkuasa 32 tahun, Soeharto pun dilengserkan oleh kaum Reformis yang berkuasa hingga saat ini – dimana kemakmuran masih jadi sesuatu yang betul-betul mahal.

Dari masa ke masa, Indonesia hanya terbentur tanpa bisa terbentuk.

Jauh dari semangat Bapak Republik, Tan Malaka dengan quotes legendarisnya: Terbentur, Terbentur, Terbentur, Terbentuk.

Rakyat masih terus setia menunggu, gebrakan apa yang akan dilakukan Pak Presiden dan menteri-menterinya. Membatalkan RUU Omnibus Law, misalnya.

MAMUJU, 17 Agustus 2020

Penulis: Shermes

Comment