Dugaan Konspirasi Penanganan COVID-19 Sulbar, Penyebab Dua Santri Lari dari Isolasi

Tri Santri Pemberani di Gedung Karantina Covid-19 RSUD Sulbar

Sore hari—panas tak begitu menyengat—pukul 15.20 wita, sekitar delapan orang—keluarga dan juga orang tua—tiga remaja pasien covid, inisal AK (18) MY (20) dan DR (17) dengan kendaraan roda dua dan satu mobil, beranjak RSUD Regional Sulbar, disampingnya gedung karantina pasien covid.

Gedung Karantina pasien covid itu, RSUD lama, sekarang berdampingan dengan RSUD Regional Sulbar tipe B. Disampingnya kantor Palang Merah Indonesia (PMI) Sulbar, bekas ruang UGD RSUD lama.

Sekelilingnya dipasang pagar berduri, sebagai tanda, masyarakat dilarang masuk, kalau tak berkepentingan, atau tak mengenakan APD—minimal masker dan jaga jarak—kalau tidak, bisa tertular virus. Disitu ada pintu sebagai tempat keluar masuk perawat dan cleaning service covid-19. Pada pintu itulah dua remaja santri pasien covid keluar.

Pagar berduri itu memiliki celah—dekat tembok pembatas kantor PMI Sulbar—celah itu pintu keluar AK dan MY melewati pagar besi berduri. Mereka keluar saat petugas covid-19 lagi sibuk melayani keluarga pasien covid-19—termasuk ibu direktur RSUD, dan para dokter—dengan lontaran pertanyaan-pertanyaan tentang kejelasan status anak mereka, hasil swab negatif atau positif serta prosedur pelayanan tim gugus covid di RSUD regional Sulbar.

AK dan MY berhasil keluar, satunya DR dia tak ikut, karena orang tuanya melarang. DR kembali kekamarnya di lantai dua. Ia membantu kedua temannya dengan melemparkan tasnya itu dari balik jendela. Kedua temannya itu menangkap masing-masing tasnya, ibarat film seliar laga. Orang-orang yang hadir saat itu pada nonton—termasuk, sacurity dan petugas PMI—mereka berdua jadi tontonan hebat yang menarik, yah memang seperti sebuah film layar kaca Hollywood dengan aksi yang menegangkan.

Sore itu menjadi hari yang bersejarah, ulah ketiga santri yang pemberani. Mereka menggemparkan Mamuju. Petugas Polisi bersenjata laras panjang berdatagan—siap siaga meski tak ada musuh—dengan sepeda motor patroli. Sang pewarta tentu juga berdatangan dan bersenjata, namun senjatanya kamera dan hape android, membuat targetnya bisa pusing tujuh keliling ketika membongkar fakta dibalik peristiwa yang tersembunyi. Ia membidik targetnya untuk mendapatkan informasi. Direktur RSUD Sulbar, dr. Indah Wati terlihat di lokasi mejadi salah satu target informasi para pewarta termasuk Mediaekspres.id.

“Ada datang orang tuanya marah-marah. Yang sejalasnya sudah ada memangmi gejolak dari sebelum lebaran. Ini kelompok ini anak-anak satu pesantren itu tiga orang. Tidak kutau itu apakah dia dari jawa. Yang jelasnya itu klaster Mamuju. Namanya juga anak-anak remaja bosan i narasa. Selalu memang mau minta pulang. Tentu kita tidak izinkan karena hasilnya kemarinkan positif. Nanti dua kali hasil swabnya keluar kalau itu negatif itu baru sembuh. Nah ini hasilnya positif, nah itu kemarin hasilnya,” kata Direktur RSUD Regional Sulbar, dr. Indah Wati, usai perisitiwa itu di RSUD Regional Sulbar, Mamuju, Jum’at, (29/05/2020).

dr. Indah curiga, dikalau diatara santri itu, memberikan informasi yang salah terhadap orang tuanya. Sebab dr. Indah mempertanyakan itu kepada perawat analisnya.

“Bahwa apakah kamu memberikan informasi kepada pasien bahwa hasil swab-nya negatif?. Dia bilang tidak, dia mengatakan mudah-mudahhan itu negatif. Tapikan nyatanya hasilnya postif,” terangnya.

Comment