Dugaan Konspirasi Penanganan COVID-19 Sulbar, Penyebab Dua Santri Lari dari Isolasi

Jalani Karantina Mandiri 48 Hari

AK jalani karantina mandiri di rumahnya, Sejak ia tiba tanggal, 18 April hingga tanggal 30 April, AK ke Puskesmas Tampa Padang untuk rapid test. Pihak petugas medis di Puskesmas mengatakan positif. Hasil rapid test-nya tidak diketahui oleh AK begitupun orang tuanya. Lanjut dia, beberapa hari kemudian ia menuju RSUD Regional Sulbar untuk di swab bersama orang tuanya. Hasil tes swab-nya pun positif.

“Sekitar enam hari setelah rapid, saya bersama bapak menuju RSUD untuk tes swab. Dan hasilnya, positif. Sedangkan keluarga saya di rapid test dan hasilnya negatif. Saat itulah saya ingin di jemput oleh petugas covid,” cerita AK kepada Mediaekspres.id. Pada tanggal, 12 Mei 2020. AK kemudian hendak dijemput oleh tim gugus covid.

Tim Gugus Covid-19 Kabupaten Mamuju ingin menjemputnya secara paksa. Namun orang tua AK, Gusti Sulupati tak ingin anaknya dijemput di rumahnya. Karena tentu ketika tim Gugus Covid-19 datang dengan mobil Ambulance dan petugas covid-19 pakai APD lengkap berwarna putih, seperti robot. Akan ramai warga menonton. Seperti kejadian-kejadian sebelumnya, ketika tim gugus hendak menjemput pasien. Warga tentu penasaran, berdatangan ingin melihat siapa yang dijemput oleh tim gugus covid-19 itu. Namun hal itu harus tetap dilakukan, karena aturan protokol kesehatan.

“Saat itu mau dijemput paksa, tapi saya bilang kepada petugas covid itu. Saya tidak mau ikuti protokoler itu, dengan menurunkan petugas kesehatan, polisi dan sebagainya. Seperti kau itu menjemput teroris. Saya bilang begitu kepada petugas covid-19 itu. Saya juga bilang bahwa kalian ketika menjemput, ini harus mempertimbangkan aspek sosialnya aspek sosiologisnya. Karena bukan orang sakit kau jemput, ini orang sehat. Untuk apa kalian datang bawa ambulance, tidak usah, nanti saya kesitu bawa anakku. Saya liatji itu rumah sakit. Ketemu paki di jalan,” tegas Gusti Salupati saat menceritakan awal anaknya AK ingin di jemput petugas covid-19.

AK kemudian dibonceng oleh bapaknya, menuju tempat yang sepi—sekitar daerah Ahuni—untuk merelakan anaknya AK, dibawa oleh tim Gugus ke Gedung Karantina di RSUD Sulbar, untuk mejalani perawatan lebih lanjut. Penjemputan dan mengantar pasien covid dan kembali menjemput pasien ketika sudah sembuh. Mengantar pasien ketika dinyatakan positif.

“Selanjutnya tugas kabupaten melakukan rafid test, kepada semua keluarga atau yang kontak kepada pasien covid. Termasuk keluarganya si pasien positif,” kata Alamsyah, Kepala bidang kesehatan Masyarakat Dinkes, Kabupaten Mamuju, sekaligus anggota tim gugus covid-19 kabupaten Mamuju saat dikonfirmasi.

Selain itu, gugus kabupaten melakukan penyemprotan desinfektan, di area yang terdeteksi rumahnya masyarakat yang terimbas covid dan sekitarnya. Selain itu juga beri pemahaman kepada masyarakat, bagaimana pencegahan covid.

“Tugas kami itu mengambil pasien dan merujuk ke regional, setelah itu bukan lagi tanggungjawab kabupaten. Tanggungjawabnya rumah sakit regional,” jelas dia

Saat AK tiba di gedung Karantina Regional Sulbar, ia disuruh oleh tim medis pasang sprei sendiri di tempat tidurnya. Ia masih sendiri hari itu, malamnya, DR dan MD baru datang menemaninya. Maka komplekslah tiga sekawan santri pemberani ini. Saat mejalani isolasi mereka menghabiskan harinya dengan membaca ayat suci Alquran, paginya ia berolahraga sembari mengolah ilmu pancak silatnya, malamnya mereka ber buka puasa. Saat makanan dihidangkan oleh petugas RSUD, AK merasa sedih, dan kecewa, makanan tersebut sepertinya makanan sisa.

“Saya sebenarnya tidak mau cerita ini kak. Tapi saya harus cerita agar tidak terjadi pada pasien lainnya. Saya hari pertama dapat itu ikan bekas cubitan orang kak. Wallahi ini kak. Kalau saya bohong. Jadi saya tidak makan makanan itu,” cerita AK dengan terpaksa. Sehabis berbuka bersama temannya ia melakukan kewajibannya shalat, mengaji dan shalat tarwih berjama’ah.

Mendalami peristiwa ini, Mediaekspres mencari sumber lain untuk mengetahui apa sesungguhnya terjadi saat ke tiga santri ini benjalani isolasi di RSUD Sulbar. Sumber yang diperoleh dari RSUD Sulbar, bahwa diantara ketiga santri itu pernah mebuang makanannya, serta vitamin yang diberikan oleh petugas tidak di makan. AK Mengakui bahwa dirinya kadang tidak memakan obat yang diberikan oleh perawat.

“Iye kak kadang saya tidak makan itu vitamin yang diberikan. Vitamin yang diberikan ke saya itu vitamin C yang seribu rupiah tiga biji di pasaran. Dan beberapa hari kemudian saya dikasi lagi, obat kapsul warna putih kuning. Habis buka dan habis sahur kami makan itu obat bersama teman saya,” ujarnya.

Comment