Peristiwa Mandor, Dosa Besar Jepang di Kalimantan yang Tak Terungkap

MEDIAEKSPRES.id – Membahas soal kejadian berdarah di Kalimantan tentu yang bakal kita ingat adalah tragedi Sampit dan Sambas. Ya, dua kejadian ini benar-benar sangat mengerikan dan tercatat memakan korban nyawa dalam jumlah besar.

Bahkan isu-isu sentimen tidak enak pun menyeruak hampir di setiap jengkal tanah Borneo. Sebenarnya Sampit dan Sambas bukanlah satu-satunya kejadian berdarah yang pernah ada di Kalimantan. Ada satu lagi peristiwa mengerikan yang lebih parah tapi justru sudah banyak dilupakan.

Kembali ke masa sebelum Indonesia merdeka, Kalimantan pernah jadi saksi atas dibantainya banyak orang oleh penjajah Jepang. Kali ini bukan masalah etnis lagi melainkan karena kesewenang-wenangan Jepang.

Hanya karena ego dan kepentingan khusus, Jepang dengan teganya membantai sekitar 20 ribu lebih rakyat Kalimantan ketika itu. Peristiwa yang kemudian dinamai dengan Mandor ini jadi salah satu kejadian paling kelam dalam sejarah kependudukan Jepang di Indonesia.

Masyarakat tanah Borneo, khususnya Kalimantan Barat, mungkin takkan pernah melupakan kejadian buruk itu. Bahkan setelah lebih dari 70 tahun merdeka, kisah kebiadaban Jepang pasti masih begitu jelas membekas di ingatan mereka.

Latar Belakang Peristiwa Mandor

Peristiwa Mandor adalah sebuah peristiwa kelam yang pernah terjadi di Kalimantan Barat, peristiwa ini terjadi pada tahun 19431944 di daerah Kecamatan MandorKabupaten Landak.

Sewaktu itu, pihak Jepang sudah mencurigai bahwa di Kalimantan Barat dan Selatan ada komplotan-komplotan yang terdiri atas feodal lokal, cerdik pandai, ambtenar, politisi, tokoh masyarakat, tokoh agama, hingga rakyat jelata, dari berbagai etnik, suku maupun agama.

Sehingga komplotan-komplotan tersebut dihancurkan dengan penangkapan-penangkapan. Penangkapan tersebut terjadi antara September 1943 dan awal 1944.

Tanggal 28 Juni diyakini sebagai hari pengeksekusian ribuan tokoh-tokoh penting masyarakat pada masa itu. Pihak Syuutizitiyo Minseibu disebut sebagai yang bertanggung jawab dalam peristiwa ini.

Tanpa Introgasi, Kepala Ditebas

Soal pemberontakan, Jepang tidak pernah setoleran Belanda. Jadi, ketika mereka menemukan yang semacam itu, maka aksi yang dilakukan adalah sikat habis pemberontakan itu.

Peduli setan kalau ada orang-orang yang sebenarnya tak terlibat, asalkan pemberontakan bisa hilang sepenuhnya. Kira-kira seperti inilah peristiwa Mandor.

Jepang begitu tidak suka dengan pemberontakan-pemberontakan yang terjadi di Kalimantan Barat ini. Mereka melakukan langkah keji dengan mengumpulkan semua penduduk pribumi yang ada. Lalu kemudian tanpa menginterogasi satu-satu untuk mencari tahu soal keterlibatan mereka.

Jepang tanpa ampun memanen satu-satu kepala orang-orang padahal tak semuanya benar-benar bersalah.

Tak Ada Pengecualian, Semua Orang Dibantai

Dalam pandangan Jepang, ketika satu orang berbuat jahat, maka yang lain harus merasakan akibatnya. Dan dalam kejadian Mandor ini hal tersebut benar-benar mereka tunjukkan.

Ketika harusnya Jepang hanya menghukum para pemberontak saja, mereka malah melimpahkan hukuman kepada hampir semua orang yang ada. Alhasil, kejadian Mandor ini korbannya tak hanya para pejuang saja, tapi juga orang-orang yang tak tahu apa-apa.

Jepang hampir menghabisi semua orang yang ada, tanpa mempedulikan apa pun. Warga sipil yang polos, tokoh-tokoh masyarakat, tokoh agama, politisi, semua dibantai dengan sadis. Bahkan, genosida ini juga tak memandang ras atau suku. Selama seseorang tidak beridentitas Jepang, maka kepalanya bakal ditebas.

Jumlah Korban yang Tak Karuan Banyaknya

Eksekusi yang dilakukan secara serentak dan tanpa pilih-pilih membuat jatuhnya korban menjadi sangat banyak. Angka pastinya adalah kurang lebih sekitar 21.037 orang yang tewas terbantai ketika itu.

Rata-rata para korban dibunuh dengan cara dipenggal kepalanya menggunakan samurai. Tapi, ada juga yang dieksekusi memakai senapan-senapan.

Soal jumlah korban yang lebih dari 21 ribu orang itu, Jepang menolaknya mentah-mentah. Mereka mengakui memang telah melakukan pembantaian, tapi jumlahnya tidak sebanyak itu.

Jepang dalam pengakuannya mengatakan hanya membunuh tak lebih dari seribu orang saja.

Peristiwa Mandor jadi Dosa Jepang yang Tak Terungkap

Jepang dulu memang sangat kejam. Soal genosida, negara matahari terbit ini tercatat melakukan aksi mengerikan itu berkali-kali.

Yang paling terkenal tentu pembantaian Nanking yang sampai hari ini masih bikin sakit hati orang-orang Tiongkok. Tak hanya itu, Jepang juga tercatat melakukan hal yang sama di Korea, Malaysia, Filipina, dan tentu Indonesia.

Soal kejadian genosida yang mereka lakukan di Indonesia, nampaknya hal tersebut cukup jarang diungkapkan apalagi tragedi Mandor ini. Padahal ini juga harusnya jadi peristiwa yang tak kalah penting ketika membahas daftar kejahatan yang dilakukan oleh Jepang.

Soal pembantaian, setidaknya selama menjajah, Jepang sudah menghabisi sekitar 10 juta orang.

Mengerikan kalau mengingat kejadian ini kembali. Terbayang dengan cukup jelas bagaimana wajah-wajah polos orang-orang pribumi yang lehernya harus diadu dengan tajamnya Katana orang-orang Jepang itu.

Peristiwa ini mungkin menyakitkan, tapi harus tetap diingat. Tak hanya untuk mengenang mereka yang telah gugur, tapi juga sebagai pelajaran tentang penjajahan yang akan selalu menciptakan hal-hal mengerikan seperti ini.

Akibatnya pada akhir 1944, orang-orang Dayak di Kalimantan Barat mulai membunuh orang-orang Jepang. Akan tetapi, perlawanan rakyat ini tidak betul-betul mengancam kekuasaan kolonial Negara Matahari Terbit itu.

Dari Berbagai Sumber

Editor: Mediaekspres.id

Comment