MEDIAEKSPRES.id – Pandemi virus corona menjadi momok baru saat ini. Pemerintah mengeluarkan imbauan untuk tetap di rumah, kerja dari rumah, social distancing dan berbagai aturan yang membatasi aktivitas masyarakat.
Namun keadaan itu justru merangsang kreativitas dari Aswin – Awi sapaan akrabnya. Pria lajang 25 tahun itu aktif membuat bingkai foto dari kertas koran.
Pemuda Ayal jadi Kreatif
Senin 7 April 2020, Matahari sudah memberi senyumnya ketika aku dikagetkan dering handphone milikku. Nama temanku Awi terpampang di layar panggilan. “Halo bro, laptopmu sudah jadi,” katanya dari ujung telepon.
“Ok bro, saya otw ke situ,” jawabku sembari mematikan telepon. Aku baru ingat, dua hari sebelumnya penyakit laptop usang milikku kambuh. Awi yang gemar mengutak-atik program — bisa jadi dokter spesialis – setidaknya dari sekian orang yang kukenal.
Budaya pagi kulakukan terlebih dulu, sikat gigi, mandi dan menikmati segelas kopi hangat ditemani sebatang rokok.
Sekira 30 menit berlalu, aku siap ke rumah Awi. Kupacu kuda besiku menyusuri jalan Husni Thamrin, Mamuju. Lalu berbelok ke jalan Tuna, kediaman sahabatku itu.
Aku mendapati ayah Awi sedang bersantai di teras rumah. Kutanyakan keberadaan Awi, ayahnya mengatakan bahwa anak keduanya itu ada di kamar.
“Nyambung tidur kayaknya ini anak,” gumamku dalam hati, mengingat Awi memang bertipe ayal, sangat santai.
Aku bergeser ke kamarnya, kulihat limbah koran bekas berserakan di ruangan 3×4 meter itu. “Ow, sudah datang,” sapa Awi tanpa melihat ke arahku.
Matanya fokus ke bawah. Sementara jemarinya menari-nari di ujung kertas koran. Awi sedang membentuk lembaran koran menjadi gulungan kecil.
Ia mengatakan, gulungan kecil tersebut akan dibuat bingkai foto dan poster. Inspirasi yang ia dapat dari salah seorang teman.
“Saya pernah lihat teman jual begitu, jadi saya coba praktik cara buatnya,” aku Awi.
Anak muda lulusan Universitas Bosowa itu tampak mesra dengan koran bekas. Keadaan yang nyaris tak pernah ditemui pada diri Awi sebelumnya.
Stay at Home yang Produktif
Awi berencana membuat hidup dinding kamar dengan gambar poster ikonik, lengkap dengan bingkai kreasi tangannya sendiri.
Kegiatan itu untuk menepis rasa bosan selama di rumah. Tetap produktif meski terpenjara imbauan pemerintah “stay at home”.
“Kan sekarang waktunya social distancing. Daripada tidak ada kegiatan, mendingan bikin bingkai supaya tidak bosan di rumah,” katanya.
Gulungan koran ciptaannya memang kokoh, keras bak kayu Ulin. Karya luar biasa dari pemuda ayal, temanku itu. Dirinya cukup telaten dalam hal gulung-menggulung.
Bingkai ala Awi ini tergolong ekonomis. Hanya bermodalkan lem Fox dan lembaran koran bekas. Tentu kemampuan otak kanan juga punya peran.
Kreasinya yang sudah jadi disimpan di sisi lemari pakaian. Ia menyelimuti bingkai tersebut dengan kain, alasannya agar tak tersentuh debu.
Tiga buah bingkai pun diselesaikan Awi dalam waktu 1 jam 30 menit, sesuai pengamatanku. Kami kemudian lanjut ngobrol ngawur ngidul ditemani suguhan kopi tradisional khas Mamasa.
Banyak yang dibahas — meski komunikasi terkesan satu arah – Awi memonopoli pembicaraan dengan curhatan – yang mencoba menggugah sisi romantismeku.
Aku tak terlalu menggubris curhatan ‘bodohnya’. Kualihkan pembicaraan ke bingkai poster koran bekas, apakah tujuan Awi hanya untuk menghiasi dindingnya atau ada hal yang lebih besar dari sekadar hiasan?
“Hanya untuk hiasan bro, poster di kamarku lebih indah kayaknya kalau diberikan bingkai,” jawabnya saat kusinggung motif pasar di balik koran bekas itu.
Awi memang belum berbicara sisi bisnis – masih sebatas hiasan dinding – namun bisa saja bingkai koran bekas mengantarnya jadi pengusaha sukses kelak.
Corona tidak hanya soal Musibah
Di tengah pandemi corona yang mengganggu kehidupan sosial saat ini, cerita Awi mungkin bisa menjadi salah satu inspirasi buat anak muda.
Kebiasaan aktivitas di luar rumah, seperti pekerjaan di kantor atau kumpul dengan teman-teman memang terhenti sementara. Namun produktifitas harus terus berjalan.
Awi dengan bingkai poster dari koran bekas, menjadi bukti nyata bahwa corona tidak hanya soal musibah bagi umat manusia.
Bukan hanya soal kreativitas, banyak sisi positif yang bisa diambil dari keadaan ini. Kita bisa lebih peduli dengan kesehatan, terutama kebersamaan dengan keluarga.
Belajar, bekerja, dan beribadah dilakukan di rumah tentunya akan memberikan waktu lebih lama untuk menjalin kebersamaan dengan keluarga, khususnya kita yang tinggal di kota-kota besar.
Hal tersebut agak sulit jika dilakukan dalam situasi normal karena faktor pekerjaan, jarak rumah dan kantor yang jauh, kemacetan dan faktor-faktor lain yang membuat waktu untuk bercengkrama dengan keluarga berkurang.
Selain itu, seluruh rakayat semesta bersatu lawan corona, nyaris tak ada lagi sekat politik antarelit, terutama di tahun pilkada ini.
Tak terasa satu jam sudah aku bercengkrama dengan Awi, awan mendung seakan mencoba berbicara padaku kalau hari ini akan terjadi hujan yang sangat deras. Aku pun memutuskan beranjak dari kediaman sahabatku itu.
Semoga kita semua selalu dalam kebaikan!!!
Penulis: Harly
Comment