MATENG, MEDIAEKSPRES.id – Selama mewabahnya virus Corona beberapa bulan terakhir menjadi perhatian semua pihak, terutama pemerintah pusat dan daerah.
Virus yang berawal dari negara Kota Huan, Provinsi Hubei China ini, kini berkembang hampir ke seluruh dunia, bahkan di Indonesia.
Hingga sampai saat ini tercatat Ratusan Ribu orang terjangkit, hingga mengakibatkan Puluhan Ribu jiwa melayang akibat virus tersebut.
Dilansir dari kumparan.com, dari data Woldometers, hingga Minggu 12 April 2020, pukul 09.07 GMT, tercatat 1.786.769 kasus virus Corona di seluruh dunia, 109.275 orang meninggal, sedangkan 405.726 dinyatakan pulih dari infeksi.
Sementara di Indonesia, per-tanggal 15 April 2020, tercatat 5.136 kasus positif, 469 maninggal dan 446 sembuh. Sementara Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) per-tanggal 15 April 2020, tercatat 7 orang positif, meninggal 1 dan sembuh 1 orang.
Lalu bagaimana sikap pemerintah dan masyarakat menghadapi pandemi di negara ini?
Dari Sabang hinggal Marauke pemerintah dan masyarakat Indonesia bersatu padu melawan pandemi Covid-19.
Termasuk Pemerintah Desa Karossa, Kecamatan Karossa, Kabupaten Mamuju Tengah (Mateng), Sulbar.
Kepala Desa Karossa, Selereksi, melakukan gebrakan memutus mata rantai Covid-19. Termasuk medirikan posko pengaduan masyarakat gugus tugas relawan Covid-19.
Posko tersebut di jaga sebanyak 30 orang yang direkrut dari berbagai elemen, untuk berjaga secara bergantian selama 24 jam. Selain itu, ia juga aktif mengimbau masyarakatnya untuk selalu melaporkan ketika ada masyarakat dari daerah lain atau keluar daerah.
“Apa lagi desa kami, Karossa berada di jalan trans Sulawesi, dibutuhkan kerja ekstra untuk menghalau penyebaran Covid-19,” kata Selereksi kepada Mediaekspres.id, Rabu kemarin (15/04/20).
Tentunya, untuk melakukan semua itu, anggaran desa harus menjadi salah satu ujung tombak, namun karena di kabupaten Mateng belum ada desa yang melakukan pencairan. Terpaksa Selereksi berinisiatif melakukan syawadaya dengan masyarakatnya, terutama pembuatan posko sebagai dasar aturan Kementerian Desa, dimana setiap desa wajib membuat posko relawan dalam rangka penanganan pemutusan mata rantai Covid-19.
Desa Wajib Pakai Masker
Desa Karossa adalah salah satu desa dari 54 desa di Kabupaten Mateng yang pertama kali melakukan bagi-bagi masker kepada warganya.
Ia menganggarkan pengadaan masker di desanya sebanyak 1200 masker.
Selereksi mewajibkan desanya sebagai desa yang masyarakatnya wajib memakai masker.
Masker yang dibagikan itu dikhususkan kepada warganya di setiap titik keramaian, seperti pasar, tempat ibadah dan tempat lain yang sering dikunjungi warganya.
“Hari pasar itu kami menjaga di setiap pintu masuk untuk memberikan masker kepada warga. Pokoknya wajib masker tanpa terkecuali. Mau dia pejabat TNI, Polri wajib memakai Masker,” ujar kades berdarah Tanah Toraja ini.
Penyemprotan Desinfektan
Keseriusan Salereksi menyikapi imbauan pemerintah dalam memutus mata rantai Covid-19. Pihaknya melakukan penyemprotan desinfektan.
Bahkan ia terjun langsung melakukan penyemprotan bersama warganya — terutama kalangan pemuda dengan berbagai metode, baik itu penyemprotan alami, menggunakan mobil damkar dan sepeda motor.
Hal itu iya lakukan dengan prinsip “Kemajuan Desa Berawal Dari Pemimpinnya” kalau pemimpinnya daktif maka dengan sendirinya masyarakatpun dengan suka rela turut membantu berjibaku dalam setiap gebrakan yang dilakukan.
Membuat Tong Air
Pembuatan tong air juga salah satu gebrakan desa Karossa untuk membunuh virus Corona.
Hal itu ia lakukan, sesuai imbauan pemerintah untuk menggalakan cuci tangan sebelum beraktifitas, juga sebagai bagian dari tradisi leluhur di mana setiap rumah, memiliki tong air sebuah guci yang berisikan air di depan pintu masuk rumah.
Tujuannya agar pemilik rumah atau tamu yang ingin masuk kerumah, wajib mencuci tangan dan kaki sebagai simbol meninggalkan yang kotor sebelum memasuki tempat yang bersih.
Terkhusus di tempat keramaian, fasilitas umum, puskesmas dan kantor, ia pasangi tong air dan di posko aduan sebanyak empat unit.
“Setiap rumah-rumah itu pak kami wajibkan masyarakat memasang pencucian tangan di depan rumah-rumah penduduk,” jelas Selereksi.
Membuat Bilik Uap
Pemuda desa Karossa berjibaku membuat kamar uap, yang akan digunakan untuk meng-sterilkan diri dari virus yang mungkin ada menempel pada pakean yang digunakan setiap warga.
Kamar uap yang di buat itu, dipasangkan pipa paralon yang dirakit sendiri oleh pemuda desa Karossa, yang nantinya mengalirkan uap untuk disemprotkan pada setiap orang yang masuk di bilik tersebut.
Uap yang dihasilakan itu, bukan larutan desinfektan. Menurut Kepala desa desinfektan tidak cocok untuk manusia karena dapat merusak kulit dan gangguan kesehatan dalam tubuh manusia.
Oleh karena itu, Selereksi memakai larutan sabun dettol yang mudah di dapatkan di toko atau di pasar.
“Ini sekarang lagi dikerja dirancang oleh pemuda kami selaku ujung tombak desa Karossa. Yang nantinya akan kita pasang di tempat strategis beberapa terutama di posko. Juga sementara di buat Alat Pelindung Diri atau AP, ini sudah sering kita buat lalu di bagi-bagi ke pemuda di kampung Karossa,” terangnya
Keuletan Selereksi dalam bergerak cepat memutus mata rantai Covid-19 patut diapresiasi. Ia melakukan itu sudah jauh hari untuk mengantisipasi desanya, sebagai daerah yang banyak di kunjungi pedatang, terutama para pemuda yang merantau.
Menrutnya, mereka yang masuk desa Karossa harus di sterilkan melalui karantina dan penyemprotan dibilik uap.
Indentifikasi Pedatang
Desa Karossa, memiliki 12 dusun dengan jumlah penduduk lima ribu jiwa lebih, berada di jalur lintas sulwesi yang menghubungkan Provinsi Sulawesi Tengah dan Provinsi Sulawesi Selatan, salah satu desa induk yang banyak dikunjungi pedatang terutama warga desa karossa yang merantau ia data.
Hal itu dilakukan untuk mengetahui rekam perjalanan dan kontak ke siapa saja saat sebelum ia memasuki rumah dan berintraksi dengan keluarga mereka dan masyarakat.
Lalu bagai mana desa itu melakukannya?
Selereksi melibatkan kerja ekstra para Kepala Dusun, serta pemuda untuk bersatu, melaporkan setiap warga yang datang dari luardan menginap atau tinggal di desa karossa.
“Kita data, dari mana saja tujuan kemana dan berapa hari di desa Karossa. Semua kita lakukan bahkan alat pengukur suhu badan kami punya, untuk mengetahui warga yang mengalami demam. Dan langsung kita bawa ke puskesmas stempat. Karena saya tau dan pantau warga saya setiap hari. Jadi datanya itu kami langsung kirim kepuskesmas Durikumba dan Pegawai Puskesmas langsung datang memeriksa,” katanya.
Kejujuran Dapat Selamatkan Ribuan Nyawa
Salereksi mengakui bahwa kadang warga berbohong kepada pemerintah. Hal itulah yang juga menyebabkan virus bergerak cepat, karena ketidak jujuran dapat membawa malapetaka di desa.
Oleh karena itu, setiap warga harus jujur, karena sikap kejujuran dapat menyelamatkan nyawa orang lain.
Nah saat ini warga mulai menerapkan sikap jujur dalam berucap, bersikap, maupun bertindak. Selain itu, kesiapan perbatasan di desa Karossa, bahwa penting untuk stanbay 24 jam memantau dan memeriksa warga yang datang.
“Jadi siapapun yang lewat itu tidak bisa lolos tanpa di identifikasi. Dan inilah cara terbaik yang kami lakukan dan sekiranya semua desa dapat seperti itu untuk memutus mata rantai Covid-19. Intinya jujurlah kepada aku makan kau akan meyelamatkan nyawa orang lain,” kilahnya.
Masyarakat Berjibaku
Apa yang dilakukan pemerintah daerah mendapat dukungan dari masyarakat. Mereka antusias berjibaku memboyong makanan ke posko secara bergantian.
Para ibu-ibu bergerak memasak hidangan yang enak untuk di santap oleh petugas posko dan warga lain yang singgah di posko.
Semua itu dilakukan dengan rasa keikhlasan, harapan mendapat berkah dan semanagat warga yang tak pernah surut melawan Covid-19.
“Ya kadang kebanjiran makanan, karena begitu antusiasnya warga datslang membawa mskanan. Warga paham ditengah situasi seperti ini, kekuatan utama adalah pemuda, namun ketika pemuda lowbet yah pasti lowbet semua. Oleh ksarena itu, disini sangat mensupprot dan mendukung gerakan kaum muda untuk memotong mata rantai covod-19,” tutup Kades Karossa, Mamuju Tengah ini.
Reproter: Muh. Iksan Hidayah
Editor : Mediaekspres.id
Comment