MAMASA, MEDIAEKSPRES.ID – Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan bagi ASN, pelajar dan mahasiswa untuk beraktifitas di rumah, hingga 14 hari ke depan.
Hal tersebut diambil guna menyikapi fenomena penyebaran virus Corona atau Covid-19 di Indonesia.
Sayangnya, kebijakan pemerintah tersebut mungkin tak bisa dirasakan oleh petugas medis. Tanggung jawab mereka sebagai garda terdepan pelayanan kesehatan, mewajibkan perawat dan dokter tetap berada di rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya.
Tak jarang, sentuhan fisik langsung terhadap pasien harus dilakukan oleh petugas medis, meskipun pasien itu suspect Corona.
Salah satu perawat asal Kabupaten Mamasa, Provinsi Sulawesi Barat, Ega Alsapan mencurahkan isi hatinya di media sosial tentang nasib perawat di tengah merebaknya wabah tersebut.
Lewat akun Facebook-nya, Ega mengungkapkan bahwa dokter dan perawat tak punya kesempatan untuk berada di rumah.
“PNS boleh kerja di rumah, dosen ngajar dari rumah, mahasiswa kuliah jarak jauh di rumah, pelajar diliburkan dan belajar di rumah, semua dirumahkan. Semua telah di-lockdown. Dan sementara itu, dokter serta perawat tak pernah mengerti, kapan bisa nengok rumah,” tulis Ega, Senin (16/3) pukul 21:34 Wita malam.
Ia pun menyinggung soal beban kerja perawat yang tidak sesuai imbalan, akibat mandeknya pembayaran BPJS.
“Sementara kelelahannya (perawat) sudah sedemikian lama tak menghadirkan imbalan yang layak karena BPJS belum usai mencukupkan pembayarannya,” kata Ega.
Dirinya juga mengisahkan nasib perawat bak pemain musik yang terus bermain, meski kapal Titanic akan tenggelam.
“Tak ada lockdown di dunia kami. Persis seperti pemusik yang tetap memainkan alat musiknya saat titanic pelan-pelan ditelan air laut”.

“Lockdown itu adalah bermakna banjir pekerjaan tanpa batas akhir yang pasti. Dan kami tidak pernah mengeluh dan protes karenanya. Dan kami tidak pernah berhayal untuk dihargai segala yang telah kami kerjakan,” tulisnya.
Dalam posting-an tersebut, dirinya menjelaskan bahwa perawat butuh kemudahan dalam bekerja, demi memaksimalkan tugas membantu pasien.
“Kami hanya butuh kemudahan dalam bekerja mencukupkan upaya membantu penderita. Kebanggaan dan kelegaan kami hanya atas satu alasan, penderita itu bisa melewati masa sulitnya dan kembali berkumpul bersama keluarga, itu saja!” terangnya.
“Demikianlah kami bekerja dalam senyap dan diam. Hanya Tuhan yang menjadi andalan dan tumpuan kami. Save dokter dan perawat!” ungkap Ega Alsapan mengakhiri curhatannya.
Reporter: Harly
Editor : Mediaekspres.id




Comment