Agama dan Kebaikan Universal

Saat ini banyak kalangan, khususnya atheis, tak percaya bahwa agama mempunyai peran positif.

Kalau ada orang beragama berlaku baik, dibilang dasarnya memang itu orang baik, bukan karena agamanya.

Kalau ada orang beragama berlaku buruk, dibilang itulah yang diajarkan agamanya. Padahal orang seperti itu hanyalah bagian dari umat beragama yang salah tafsir.

Kehidupan orang zaman sekarang itu sudah enak karena sudah mempunyai bentuk negara modern dengan hukum dan aturannya yang secara peradaban akan terus membaik.

Mereka tak membayangkan bagaimana dulu sebelum ada sistem negara seperti sekarang. Kira-kira hukum apa yang paling banyak dijadikan pegangan dalam bermasyarakat? Anda bisa jawab sendiri.

 

Baca Juga : Biografi : K.H. MUHAMMAD AS’AD (1907-1952)

 

Di saat hukum negara belum ada, hukum agamalah yang paling banyak dipegang.

Memang harus kita akui juga bahwa banyak penyelewengan yang dilakukan pemeluk agama untuk kekuasaan.

Namun dari semua “efek samping” agama yang kadang berupa perang dan sejarah buruk umat manusia, kita juga harus menyadari bahwa semua agama terus-menerus konsisten mengajarkan kebaikan.

Tolong digarisbawahi: semua agama.

Lalu, apa hasil dari kebaikan semua agama itu pada kehidupan modern saat ini? Hasil dari adanya agama yang selama berabad-abad ini ada adalah:

KEBAIKAN UNIVERSAL.

Kebaikan universal adalah kebaikan yang terus ditanamkan oleh semua ajaran agama.

Jadi, saat sekarang ada orang yang tak beragama dan mengagungkan kebaikan universal, pada dasarnya mereka lupa dari mana peradaban kita ini mendapatkan kebaikan universal itu sendiri.

Semua agama selalu mengajarkan kebaikan karena agama menanamkan akan adanya karma atau balasan entah saat di dunia atau bentuk lain berupa kehidupan setelah kematian (akhirat).

Sebelum ada hukum negara, kira-kira apa yang menghindarkan manusia dari mencuri, menyakiti, memperkosa, bahkan sampai membunuh? Jawabannya jelas: agama.

Kebaikan universal itulah yang akhirnya membawa manusia ini mewujudkan dunia ini dalam bentuk ideologi sebuah negara dengan segala aturannya. Mulai dari kerajaan, sosialis, komunis, hingga demokrasi.

Kenapa semua bentuk negara itu bisa terwujud? Karena kita mempunyai kebaikan universal yang dibangun oleh manusia-manusia (yang awalnya) beragama. Manusia boleh berbeda agama, namun semuanya disatukan oleh hal-hal positif yang merupakan kesamaan dari agama-agama yang ada itu.

Kebaikan universal dari semua agama itu mengajarkan tentang cinta kasih, mengendalikan hawa nafsu, berlaku adil, mengasihi makhluk lain, berbagi, memberikan manfaat, bersyukur, sabar, dll.

Sebelum kita bisa berbangga diri dengan mengatakan: “tanpa agama saya tetap menjadi orang baik”, kita seharusnya menyadari jika tanpa agama, peradaban tak akan bisa sebaik seperti sekarang ini.

Saat ini, kehidupan sudah di tahap sangat modern, kita (bisa) punya hukum yang “memaksa” orang untuk menjadi baik. Jika masih ada orang yang “belum baik”, harus hadapi orang itu dengan hukum yang sudah kita sepakati.

Yang perlu diingat, negara seperti Indonesia belum bisa menegakkan hukum secara sempurna. Itulah kenapa agama masih sangat-sangat diperlukan di negara ini.

Anda jangan bilang kalau di beberapa negara maju sudah tak perlu agama untuk membuat warganya berperilaku baik lalu merasa negara kita tak perlu agama.

Buatlah penegakan hukum di negara kita ini sempurna dulu, baru silakan bilang kita tak perlu agama. Namun kalau itu belum terwujud kok sudah menghilangkan agama, kondisi negara ini bisa jauh lebih buruk.

Jadi, negara ini masih baik-baik saja juga karena ada kebaikan universal yang masih dipegang oleh masyarakatnya. Dan itu sumbernya dari agama.

Makanya, kalau ada orang tak beragama yang merasa paling baik dan merasa paling bermoral, namun suka menghina keberadaan agama, ya sudah kita senyumin saja. Bersikap baik ke mereka yang nyinyir terhadap agama juga bagian dari kebaikan yang diajarkan agama.

Oleh ;

H. Makdoem Ibrahim, S. Th. I., MA (Ketua Umum Lembaga Darul As’ adiyah Kab. Mamuju)

Comment