Menjaga keberlangsungan Lumbung Pangan Mamuju Tengah

Penulis : Nur Alam Syah (Pemuda Desa) 

“Pangan merupakan soal mati-hidupnya suatu bangsa. Apabila kebutuhan pangan rakyat tidak dipenuhi, maka akan terjadi malapetaka” sukarno.

Kata bung karno soal pangan menjadi hidup matinya suatu bangsa, ini sejalan dengan program pemerintah yang gencar membangun food estate atau lumbung pangan untuk menjadikan indonesia swasembada pangan. Kabupaten Mamuju tengah terkenal dengan salah satu kabupaten yang ada di Sulawesi barat sebagai kabupaten yang memproduksi crude palm oil  ( CPO ).

Sekitar 12 kilometer dari pusat kota Mamuju Tengah terdapat sebuah desa yaitu desa Palongaan dan biasa pula orang – orang menyebut sebagai desa kerukunan. Karena di desa ini terdapat berbagai suku dan agama yang saling hidup rukun. Desa Pologaan disamping penghasilan utama masyarakatnya adalah berkebun kelapa sawit, namun masih terdapat hemparan sawah sekitar 100 ha sebagai lumbung pangan Mamuju Tengah. Ketersediaan kebutuhan pangan adalah kebutuhan dasar yang harus terpenuhi. Namun dalam proses memproduksi pangan yang berkualitas dan unggul tedapat persoalan – persoalan diantaranya sebagai berikut :

Ketersediaan Air

Ketersediaan air merupakan hal yang sangat vundamental untuk menjalankan usaha tani, sebagian besar  petani di desa Polongaan hanya mengandalkan air tadah hujan, sebagai sumber air utama dalam proses pengolahan lahan. Namun ketersediaan yang sangat minim membuat hal tersebut tidak maksimal, bahkan pertahunnya pun hanya bisa menanam padi satu kali permusimnya, terdapat pula bedungan kecil dan embun yang telah dibangun. Namun belum mampu mengairi luas hamparan lahan sawah yang ada.

Langka dan Mahalnya Pupuk 

Pupuk menjadi bahan yang susah didapatkan oleh petani sebagai sumber pakan bagi tanaman padi, ditambah dengan mahalnya harga pupuk saat ini menambah beban petani dalam melakukan usaha taninya. Tak dapat kita pungkiri, pupuk menjadi kebutuhan dasar bagi tanaman padi, kalau pemberian pupuk tidak maksimal tentu akan berpengaruh terhadap hasil produksi .

Gempuran Alih Fungsi Lahan Sawit

alih fungsi lahan sawah ke lahan sawit sangat besar terjadi di daerah ini. Penulis pernah meneliti faktor – faktor yang mempengaruhi pengalihan fungsi tersebut, ditemukan faktor utamannya adalah soal ekonomi/pendapatan. Usaha tani kelapa sawit lebih menjanjikan soal pendapatan dan kepastian keberlansungan, karena didukung dengan adanya 4 pabrik yang beroprasi dan harganya kian menunjukkan tren yang positif, namun tentu ini mengancam keberlangsungan lahan produksi padi. Dibutuhkan pemetaan kawasan pangan dan kepastian keberlangsungan produksi hingga lahan – lahan produktif yang dapat memproduksi pangan dapat dijaga keberlangsungannya.

Generasi Penerus yang Minim

menjadi petani mungkin menjadi pilihan terakhir bagi sebagian kalangan muda dan juga doktrin yang telah ditanamkan orang tuanya, untuk tidak menjadi seorang petani, sehingga petani yang ada tidak lagi berapa pada usia yang produktif dalam menjalankan usaha taninya. Ketidakpastian penghasilan dalam bertani membuat generasi muda enggan untuk bertani .

permasalahan yang kompleks tentang ketahannan pangan harus menjadi atensi yang serius bagi setiap stacholder terkait untuk bersama – sama, menjaga keberlangsungan lumbung – lumbung pangan yang ada agar tetap berproduksi dengan menyiapkan manajemen yang baik dalam memenuhi kebuuhan petani.

 

Comment