Mengulas “Bargaining” Aras Jinakkan AIM di Musda Golkar

Lantas, apa yang menyebabkan “taji” AIM hilang?

Atau sedikit menurunkan intonasi: Apa yang menjadi bargain (tawaran) Aras Tammauni untuk menaklukkan ‘Singa Polman’ itu?

Dalam wawancara singkat di arena Musda, Sabtu (18/7/2020), AIM mengaku ingin tetap menjaga hubungan kekeluargaan dengan Aras Tammauni.

“Saya memang tidak ambil formulir, saya ingin tetap menjaga hubungan kekeluargaan dengan Pak Aras,” ujarnya.

Ia menyatakan dukungan kepada Aras Tammauni sebagai Ketua DPD I Golkar Sulbar. Namun begitu, indikasi adanya komitmen politik antarkeduanya tetap menyeruak.

Warisan Kursi Senayan

Jika melihat diskresi yang diberlakukan Partai Golkar, anggota keluarga setiap pengurus tidak boleh menjadi kader di partai politik lain.

Seperti diketahui, anggota keluarga Aras Tammauni tersebar di beberapa partai politik. Mereka menduduki kursi parlemen dari tingkat DPRD kabupaten hingga DPR RI.

Keputusan Aras mengambil posisi Ketua DPD Golkar pastinya punya konsekuensi. Anggota keluarga harus rela keluar dari partainya masing-masing — dan tentunya keluar dari parlemen.

Posisi Ketua DPRD Mateng yang dijabat Arsal Aras (Demokrat) — anggota DPRD Sulbar oleh Amalia (Demokrat) — dan anggota DPR RI di tangan Arwan Aras (PDI-P), wajib dilepas.

Potensi besar mundurnya Arwan Aras dari Senayan ini sekaligus menjadi berkah buat Herny Agus dan Jumriah Ibrahim.

Dua istri bupati itu merupakan caleg peraih suara terbanyak kedua dan ketiga di bawah Arwan Aras, saat Pileg 2019 lalu.

Dari dua nama tersebut, Jumriah paling berpeluang. Alasannya, Herny Agus akan maju di Pilkada Pasangkayu sebagai calon wakil bupati mendampingi Yaumil Ambo Djiwa.

Herny yang notabene istri Bupati Agus Ambo Djiwa, punya jaminan track mulus pada pilkada nanti. Peluang itu paling tidak menjadi alasan Herny untuk tidak tergiur lagi dengan PAW DPR RI.

Merunut kembali sikap adem AIM di Musda Golkar, warisan Kursi Senayan untuk sang istri, bukan hal absurd menjadi bargaining Aras Tammauni.

Comment