MEDIAEKSPRES.ID – Virus Corona (Covid-19) tidak seperti yang dibayangkan oleh banyak orang selama ini. Demikian jika merujuk pada penjelasan seorang Virologist drh. Moh Indro Cahyono terkait kelemahan virus Corona dan kelebihannya.
Penjelasan drh. Moh Indro Cahyono tersebut ditayangkan di salah satu stasiun TV Nasional dan viral di Media Sosial (Medsos).
Menurutnya, Covid-19 bisa bertahan hidup memerlukan sebuah media. Adapun media yang paling cocok untuk Covid-19 adalah hidroplets (Tetesan air liur) lendir atau cairan tubuh lainnya. Itupun kata Dia hanya bisa menyebar dalam radius 1,5 meter.
“Karena virus tidak bisa memperbanyak diri diluar tubuh. Nanti masuk dalam tubuh baru bisa memperbanyak diri,” kata drh. Moh Indro Cahyono baru-baru ini.
Ia bahkan membantah soal asumsi virus Corona yang dianggap bisa bertahan selama tiga jam di udara dan dapat mengambang dimana-mana.
drh. Moh Indro Cahyono mengungkap kelemahan Covid-19. Disampaikan Covid-19 gampang hancur dengan pelarut lemak, sabun deterjen dan desinfektan, sedangkan kelebihan Covid-19 penyebarannya cukup cepat.
“Kalo misalnya bersin di suatu lokasi lalu dibersihkan dengan desinfektan, sabun dan pembersih lantai dalam waktu 3 menit hancur,” ungkapnya.
Lanjut drh. Moh Indro Cahyono, Covid-19 bisa bertahan hidup lama di lingkungan yang lembap, dingin, basah dan gelap. Tetapi pada tempat yang terang, kering dan panas Covid-19 tidak bisa bertahan lama.
“Sebenarnya virus ini banyak sekali kelemahannya,” tambahnya.
Ia menyarankan bila menginginkan Covid-19 cepat mati dan tidak menular kemana-mana, maka harus menjaga kebersihan. Kemudian disarankan untuk memperbanyak mengkonsumsi vitamin. Sementara yang sakit disarankan untuk memperbanyak mengkonsumsi vitamin dan tidak kemana-mana, sehingga dapat membatasi penyebaran virus tersebut.
Baca juga, Jangan Panik, ini Kelemahan Covid-19
“Pola hidup bersih akan sangat membantu membatasi penyebaran virus,” pungkas drh. Moh Indro Cahyono.

Benarkah Covid-19 Bisa Hidup Berjam-Jam di Udara?
Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam New England Journal of Medicine pada Selasa (17/3/2020) menemukan, virus ini dapat hidup hingga tiga jam di udara, empat jam pada tembaga, dan 24 jam pada karton dan dua hingga tiga hari pada plastik dan stainless steel.
“Kami sama sekali tidak mengatakan bahwa ada transmisi [penularan] virus secara aerosol [sistem tersebarnya partikel halus zat padat atau cairan dalam gas atau udara], tetapi penelitian ini menunjukkan bahwa virus tetap bertahan untuk jangka waktu yang lama dalam kondisi tersebut, sehingga secara teori dimungkinkan,” ujar pemimpin studi Neeltje van Doremalen di National Institute of Allergy Infectious Diseases, dikutip tirto.id di USA Today.
Para ilmuwan dari CDC, National Institutes of Health, Princeton dan UCLA menggunakan alat untuk mengeluarkan aerosol meniru tetesan mikroskopis ketika orang yang terinfeksi batuk atau bersin.
Virus itu diendapkan ke permukaan seperti plastik, stainless steel, kardus dan tembaga untuk mewakili berbagai produk yang ada di rumah tangga dan rumah sakit. Seiring waktu jumlah virus yang ada pada permukaan ini menurun tajam.
Studi baru dari New England Journal of Medicine, juga menunjukkan bahwa virus hancur dalam sehari di atas kertas karton, sehingga mengurangi kekhawatiran di antara konsumen terhadap pengiriman barang.
Virus ini hidup paling lama di plastik dan baja, bertahan hingga 72 jam. Namun, selama waktu tersebut, jumlah virus terus menurun. Di atas kardus, virus hanya dapat bertahan hingga 24 jam, kecuali jika orang yang memegang kardus itu terinfeksi dan telah batuk atau bersin dan tetesannya mengenai kardus.
Selama berminggu-minggu para ahli berpendapat bahwa virus itu tidak bertahan hidup di udara. Tetapi pada kenyataannya, The New York Times menyebutkan, virus corona dapat melakukan perjalanan di udara dan tetap bertahan untuk jangka waktu hingga 3 jam.
Meski begitu, coronavirus yang hidup di udara ini tidak cukup kuat untuk menular ke orang-orang yang secara fisik tidak dekat dengan orang yang terinfeksi COVID-19. Namun, prosedur yang digunakan petugas kesehatan untuk merawat pasien yang terinfeksi COVID-19 cenderung menghasilkan aerosol.
Petugas kesehatan mungkin juga mengumpulkan tetesan kecil dan yang lebih besar pada alat pelindung mereka ketika bekerja dengan pasien yang terinfeksi. Mereka mungkin menyebarkan kembali tetesan besar dan kecil ini ke udara ketika mereka melepas alat pelindung ini dan menjadi terkena virus saat itu.
Sebuah studi yang sedang ditinjau oleh para ahli menunjukkan kekhawatiran ini. Dan penelitian lain, yang diterbitkan 4 Maret di JAMA, juga menunjukkan bahwa virus diangkut melalui udara. Penelitian itu, yang berbasis di Singapura, menemukan coronavirus pada ventilator di kamar rumah sakit pasien yang terinfeksi, di mana virus hanya bisa sampai ke situ melalui udara.
Meski begitu, untuk menyimpulkan coronavirus dapat menular lewat udara, masih perlu penelitian lebih lanjut. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sejauh ini menyebut virus itu tidak menular di udara, tetapi petugas layanan kesehatan tetap harus mengenakan peralatan, termasuk masker respirator, dengan asumsi coronavirus dapat menular di udara.
Sumber : tirto.id/*
Editor : Mediaekspres.id




Comment